Jakarta, NU Online
Ratna Osman dari ASEAN Progresif Muslim Movement, berharap International Summit of The Moderate Islamic Leaders (Isomil) bisa dilangsungkan di Malaysia. Apabila Isomil ada tahap lanjutan, strategi yang perlu diutamakan adalah ke negara-negara ASEAN. Walaupun mungkin Indonesia yang dipelopori NU melakukan kerjasama dan penyebaran juga ke negara Timur Tengah.
Demikian disampaikan Ratna saat perbincangan dengan NU Online seusai penutupan Isomil, Rabu (11/5) di Hotel Sultan Jakarta.
Ia mengatakan senang dapat berdiskusi dengan banyak ulama progresif di ajang Isomil dan berharap dapat membawa ulama-ulama yang progresif tersebut untuk mengadakan konferensi berikutnya di Malaysia.
“Itu akan lebih mendapat perhatian terutama di Malaysia yang memang memerlukan banyak ulama progresif bukan yang regresif,” tutur Ratna yang berangkat mengikuti Isomil atas keinginan sendiri.
Menurtu Ratna, Islam di Malaysia ada beberapa kelompok. Yaitu kelompok pemerintahan yang agak konservatif dan diskriminasitif terhadap kaum wanita dan anak-anak. Kelompok kedua, dan ini lebih minoritas, adalah kaum progresif dan moderat.
Sayangnya, kelompok kedua ini agak susah bagi kelompok ini untuk mengeluarkan pendapat atau menjalankan aktivitas, karena dikekang dan selalu dalam kontrol pihak pemeritntah.
Hal itu membuat Islam di Malaysia teramat berbeda dengan di Indonesia yang mayoritas tergabung dalam ormas NU.
“Saya dengar terutama Gus Dur dengan kata-kata dan pemikirannya. Jadi kepemimpinan dalam NU itu teramat progresif. Ini contoh pemimpin (Gus Dur) yang saya rasa diperlukan di Malaysia,” ungkap Ratna.
Ratna melanjurkan terkait dengan kesepakatan Deklarasi NU dari hasil ISOMIL, itu sebagai satu usaha yang amat baik, tetapi memang rumit, karena ajaran Islam ada beberapa versi. Versi yang cocok diterapkan di mana pun adalah yang sepatutnya memberi rahmat untuk semua.
Namun, ada orang Islam yang menganggap versi atau interpretasi mereka saja yang akan diterima oleh Allah. Ratna menilai hal ini sangat berbahaya, apalagi melihat unsur-unsur terorisme yang dilakukan kelompok ISIS misalnya, dimana mereka mengatakan bahwa vesi mereka saja yang diterima Allah dan Allah menginginkan mereka mendirikan negara khilifah di muka bumi ini.
Ratna menambahkan masyarakat Malasysia termasuk majemuk dan penganut agama Islam termasuk mayoritas, tapi itu tidak seperti di Indonesia.
“Kita memerlukan satu resolusi bagi masyarakat Islam di Malaysia agar bisa membaur dengan Non-Islam, bukan membeda-bedakan. Pembeda-bedaan itu tidak baik untuk masa depan Malaysia juga,” kata Ratna yang di kantornya terpasang salah satu quote Gus Dur, “Islam yang indah bukanlah yang menghukum orang”. (Kendi Setiawan/Fathoni)