Nasional

Alasan Tak Boleh Melihat Gerhana Matahari secara Langsung Tanpa Filter

Kamis, 20 April 2023 | 05:00 WIB

Alasan Tak Boleh Melihat Gerhana Matahari secara Langsung Tanpa Filter

Ilustrasi gerhana matahari. (Foto: NU Online/Freepik).

Jakarta, NU Online
Gerhana matahari akan ‘mampir’ di Indonesia pada Kamis (20/4/2023) dari pagi hingga siang. Fenomena ini dapat diamati dengan menggunakan filter secara khusus agar mata dapat tetap sehat dan aman.

 

Jika tidak menggunakan filter, pengamatan akan dapat membahayakan mata. Sebab, mata secara refleks akan sangat menyipit dan berkedip lebih cepat manakala menatap matahari secara langsung, seiring terang benderangnya matahari dan langit di latar belakang. Hal itu diikuti pupil yang mengecil sesempit mungkin sehingga jumlah sinar matahari yang masuk ke dalam lensa mata menjadi sesedikit mungkin.

 

Keterangan demikian diuraikan Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) dalam dokumen Informasi Gerhana Matahari Campuran (Total Cincin) 29 Ramadhan 1444 H/20 April 2023 M di Indonesia.

 

Lebih lanjut, dijelaskan bahwa refleks ini berguna untuk melindungi sel–sel batang dan kerucut di retina yang sangat sensitif terhadap cahaya. Sebaliknya, dalam kondisi langit redup hingga gelap, seperti dalam puncak gerhana matahari, mata menjadi kurang menyipit, berkedip lebih pelan dan pupil terbuka lebih lebar. Hal tersebut membuat jumlah sinar matahari yang memasuki lensa mata menjadi lebih besar, termasuk di antaranya adalah sinar ultraungu, sinar dengan energi terbesar.

 

“Sinar ultraungu mampu menyebabkan reaksi kimiawi di retina yang dapat berdampak berkurangnya ketajaman penglihatan dan dapat berakhir pada kebutaan temporer maupun permanen,” demikian bunyi keterangan tersebut.

 

Saat proses kerusakan itu mulai terjadi, tak ada mekanisme internal tubuh yang “memberitahu” terjadinya kerusakan (misalnya rasa panas atau sakit), kecuali pandangan yang mulai berkurang dan menghilang.

 

Lebih lanjut, dijelaskan dalam informasi tersebut, secara umum, mata manusia hanya sanggup menoleransi terangnya sinar matahari langsung sebesar hanya 0,00002 bagian saja. Situasi tersebut hanya terjadi bila 99,998 persen cakram matahari tertutupi.

 

“Karena itu jangan menatap gerhana matahari secara langsung tanpa menggunakan pelindung mata apapun,” tegas LF PBNU dalam dokumen tersebut.

 

Meskipun mata berkedip lebih sering tatkala menatap matahari, lama kedipan tersebut tidak sebanding dengan berlebihnya jumlah sinar ultraungu matahari yang terlanjur masuk ke mata. Cara pengamatan gerhana matahari yang dianjurkan adalah dengan menempatkan penghalang optis memadai di antara mata dengan matahari, sehingga sinar matahari yang memasuki telah terkurangi sedemikian rupa hingga mencapai batas aman. Di antaranya adalah dengan menggunakan kacamata berfilter ND5, atau lensa film fotografi tiga lapis, ataupun dengan kacamata las.

 

Pewarta: Syakir NF
Editor: Aiz Luthfi