Nasional

Antar Sekolah Hari Pertama Tak Boleh Jadi Alasan Bolos Kerja

Ahad, 17 Juli 2016 | 09:49 WIB

Surabaya, NU Online
Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa menyatakan imbauan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kepada orangtua untuk mengantar anak pada hari pertama sekolah pada 18 Juli 2016 bukan alasan orangtua mengambil cuti kerja.

"Itu merupakan hal yang penting, karena hal itu merupakan sebuah bentuk perhatian orangtua pada pendidikan sang anak," katanya di sela-sela Halal Bihalal Yayasan Pendidikan dan Sosial Nahdlatul Ulama (YPTSNU) Khadijah, Wonokromo, Surabaya, Sabtu.

Menurut dia, imbauan Kemendikbud tersebut sudah disertai dengan surat izin dispensasi selama dua jam. Bahkan, meski orangtua mengantar anak ke sekolah, mereka masih bisa sampai di kantor tepat waktu.

"Sekolahan itu rata-rata masuk pukul 06.30 WIB, sedangkan masuk kerja pukul 08.00 WIB. Jika sang anak sekolah di luar kota, maka kegiatan mengantar anak bisa diwakilkan oleh anggota keluarga yang lain," katanya.

Dengan demikian, menurut dia, Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) tidak bisa menjadikan kegiatan mengantar anak pada hari pertama sekolah sebagai alasan cuti.

"Memang dengan mengantar anak ke sekolah, orangtua bisa memberikan doa dan semangat secara langsung pada anak sekaligus berkenalan dengan lingkungan sekolah," katanya.

Namun, ia menimpali, jika mereka tidak sanggup menjangkau, misalnya anak sekolah di luar kota, maka orangtua cukup menghubungi anak dan memberi pesan-pesan serta doanya setiap pagi agar anak tidak merasa dilupakan.

"Tidak merasa dilupakan dan merasa diperhatikan itu sangatlah penting, bahkan memantau anak itu hanya pada hari pertama, namun juga harus dilakukan pada hari-hari lain juga tidak kalah penting," katanya.

Khofifah, yang juga Ketua Umum YPTSNU Khadijah Surabaya, menilai bahwa anak-anak hakekatnya hanya menghabiskan delapan jam di sekolah dan sisanya adalah di rumah dalam pengawasan dan tanggung jawab orangtua.

"Karena itu, orangtua harus selalu memantau, mendampingi, dan memonitoring kegiatan sang anak selama di rumah, selain perhatian di sekolah juga penting," katanya.

Mantan politisi yang pernah sibuk di DPR RI itu menceritakan bahwa sejak dirinya baru menikah dan memiliki anak, maka tetap meluangkan waktu untuk mendampingi sang buah hati mengerjakan tugas sekolah, terutama jika tugas tersebut terhitung sulit.

"Biaya yang saya keluarkan waktu itu memang cukup banyak karena harus komunikasi jarak jauh, namun pendidikan dan perkembangan anak harus terus dipantau karena memang sangat penting untuk pertumbuhan anak," katanya.

Sementara itu, Direktur Pendidikan YTPSNU Khadijah Surabaya Prof Dr Surahmat MSi menegaskan bahwa pihaknya sudah lama menerapkan kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) yang berkaitan dengan perilaku atau akhlak.

"Hidden Curriculum itu sudah lama kami terapkan melalui pembiasaan dalam ritual keagamaan, perilaku keagamaan, kejujuran, kepedulian sesama, motivasi berorganisasi, maupun kerja sama dalam tim. Kami percaya hidden curriculum itu akan menjadi bekal kehidupan yang tidak kalah pentingnya dengan bekal akademik," katanya menambahkan. (Antara/Mukafi Niam)