Jakarta, NU Online
Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin mengungkapkan bahwa konsep Islam Nusantara yang digulirkan oleh Nahdlatul Ulama disambut baik, disetujui, dan siap diterapkan oleh ulama moderat dari seluruh penjuru dunia muslim yang ikut menghadiri kegiatan International Summit of The Moderate Islamic Leaders (Isomil) di Jakarta Convention Centre, Jakarta (9-11/5) bertajuk Islam Nusantara: Inspirasi Peradaban Dunia.
Meskipun pada awalnya menuai penolakan dari sebagian kecil tokoh muslim di negeri kita yang enggan melakukan klarifikasi kepada PBNU dan sebenarnya tidak tahu menahu atau gagal paham dengan esensi Islam Nusantara.
Gus Ishom menilai bahwa sikap penolakan ini merupakan ciri khas sebagian umat Islam di negeri kita yang cenderung lebih suka menerima apa saja yang datang dari luar negeri, seperti HTI misalnya, meskipun tidak tahu apa manfaat dan bahayanya, dari pada apa yang murni digagas oleh tokoh-tokoh muslim nasionalis yang paling berpengaruh di negeri sendiri.
"Para peserta Isomil banyak berharap kepada NU sebagai organisasi umat Islam terbesar di dunia untuk proaktif bekerja sama dalam mewujudkan perdamaian di seluruh wilayah muslim di Timur Tengah yang terus dilanda konflik dan peperangan yang sangat merugikan umat Islam, namun menguntungkan negara-negara Barat seperti Amerika dan sekutu-sekutunya," jelas Gus Ishom kepada NU Online lewat pesan singkatnya, Selasa (10/5).
Menurutnya, keutuhan NKRI yang terjaga dengan baik tidak terlepas dari peran besar warga NU yang sangat menaati para kiai mereka dalam hal pentingnya mencintai dan membela tanah air (nasionalisme/al-wathaniyyah) dan kepatuhan terhadap ajaran agama.
"Keutuhan, kedamaian, dan persatuan umat Islam dan non-muslim di seluruh penjuru Indonesia yang dibangun atas darus salam bukan darul Islam dengan dasar Pancasila itu sangatlah layak diteladani oleh umat manusia di seluruh dunia, baik di Barat maupun di Timur, terutama negara-negara muslim di Timur Tengah," tegasnya.
Oleh karena itu, imbuhnya, umat Islam wajib membangun kesadaran beragama yang lebih positif, menciptakan solidaritas, mewujudkan persatuan di bawah kepemimpinan setiap ulamanya untuk mencegah terjadinya setiap kekerasan, pertikaian dan pertumpahan darah atas nama agama.
“Karena yang demikian itu justru merusak citra ajaran Islam dan menodai kehormatan umat Islam di hadapan non muslim di seluruh penjuru dunia, serta menciptakan ketegangan, kekerasan dan kecurigaan terhadap umat Islam sendiri,” tutur Ishom.
Dia berharap agar umat Islam Indonesia, terutama para tokohnya, agar tidak tergesa-gesa menolak konsep Islam Nusantara yang tiada lain adalah Islam Ahlussunnah wal-Jamaah an-Nahdliyyah yang mencita-citakan terwujudnya Islam rahmatan lil-alamin melalui prinsip-prinsip keadilan, moderasi, toleransi, dan keseimbangan.
“Sebagaimana yang selalu diperjuangkan oleh para pendiri dan para kiai NU sepanjang hayatnya," tandasnya. (Red: Fathoni)