Nasional

Bagaimana Sosok Kiai Said Aqil Siroj di Media?

Ahad, 20 Mei 2018 | 09:45 WIB

Jakarta, NU Online
Survei Kementerian Agama RI menunjukkan, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj, sebagaimana KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), merupakan sosok kontroversial. 

Namun, jurnalis senior, Abdul Qohar, menyayangkan kontroversi itu minim klarifikasi. 

"Batik untuk shalat lebih baik dari gamis yang digunakan demo," katanya mencontohkan saat menjadi narasumber pada diskusi dengan tema Kiai Said dan Media yang digelar oleh Teras Kiai Said di Pondok Pesantren Luhur Ats-Tsaqafah, Ciganjur, Jakarta, pada Sabtu (19/5) malam.

Karena minimnya klarifikasi, katanya, pembusukan itu terus terjadi. Akibatnya, kelompok moderat seolah tidak mau merebut panggung, tidak mau menjelaskan sesuatu.

"Saya khawatir panggung akan jadi satu warna," ujarnya.

Mestinya, lanjut Qohar, moderasi Islam lebih disuarakan. Sebab, intoleransi menjadi embrio yang kemudian akan tumbuh menjadi radikal dan berujung pada aksi terorisme.

Sementara itu, Peneliti media Nurfajri Budi Nugroho mengungkapkan hasil risetnya tentang sosok kiai asal Cirebon itu di dunia media akhir-akhir ini.

Menurutnya, setiap hari, nama Kiai Said selalu disebut di Twitter. Pemberitaannya juga telah menjangkau seluruh provinsi di Indonesia.

Data yang ia tampilkan menunjukkan bahwa dalam waktu setahun ada 664 ribu unggahan yang menyebut Kiai Said kaitannya dengan Syiah di Facebook. Persebarannya lebih banyak di Jakarta dan Jawa. Sementara perihal isu jenggot, selama 205 hari ke belakang, nama Kiai Said disebut hingga 177.310 kali.

Hal ini menunjukkan begitu banyak pemberitaan tentang sosok guru besar ilmu tasawuf Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel, Surabaya itu. Termasuk pemberitaan negatifnya.

Di era post-truth ini, menurutnya, logika sudah diabaikan jika sudah bicara ideologi. Sebab, yang didahulukan adalah emosi. Hal ini berimbas pada banyaknya tuduhan tidak berdasar sehingga keyakinan seseorang dan emosinya dapat mengalahkan kebenaran fakta.

"Sialnya hoaks dimodifikasi menjadi bisnis," katanya.

Lebih parahnya, kebohongan telah dianggap sebagai kebenaran alternatif. Hal ini tentu saja, menurutnya, mengkhawatirkan kita sebagai bangsa.

Oleh karena itu, selain klarifikasi, untuk mengetahui kebenaran yang sesungguhnya adalah verifikasi fakta.

"Posttruth hanya bisa dilawan verifikasi fakta (fact checking)," pungkasnya.

Kegiatan yang dipandu oleh Sobih Adnan, ini diikuti oleh puluhan santri dari beberapa daerah di Jabodetabek. Mereka mengikuti dengan khidmat hingga berakhirnya acara lewat tengah malam. (Syakir NF/Abdullah Alawi)