Nasional

Chaerul Tanjung Ajak Pesantren Kembangkan Kewirausahaan

Ahad, 24 Juli 2016 | 11:29 WIB

Chaerul Tanjung Ajak Pesantren Kembangkan Kewirausahaan

Chaerul Tanjung menyampaikan paparan, foto Labib

Cirebon, NU Online
Pengusaha Nasional Chaerul Tanjung mengajak kalangan pesantren untuk mengembangkan kewirausahaan sebagai upaya untuk mensejahterakan umat Islam. Saat ini, secara kuantitas umat Islam mayoritas, tetapi minoritas dalam kemampuan ekonomi karena yang menguasai sektor ekonomi kelompok non-Muslim.

Hal ini disampaikannya ketika memberi paparan dalam Rapat Pleno PBNU di Pesantren Khas Kempek, Ahad (24/7) yang memang mengambil tema pentingnya kemandirian ekonomi.
 
Dijelaskannya, dari 50 orang terkaya di Indonesia berdasarkan ranking yang dikeluarkan oleh majalah Forbes, hanya 8 yang beragama Islam. Demikian pula, perusahaan-perusahaan swasta besar Indonesia yang sudah go public, sebagian besar dipimpin oleh non-Muslim.
 
Yang menjadi penyebab rendahnya kompetisi ini adalah rendahnya pendidikan. Lebih dari 40 persen tenaga kerja Indonesia lulusan SD atau tidak tamat SD. Sementara itu, untuk lulusan perguruan tinggi, didominasi oleh ilmu-ilmu sosial dan agama.  
 
"Pesantren jika bikin universitas, fokus ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi bukan berarti meninggalkan ilmu agama," paparnya.

Ia menambahkan, untuk bisa berhasil sebagai seorang wirausaha, harus dimulai dari awal sebagaimana pengalaman dirinya yang sudah berjualan sejak SD saat ia sudah berjualan es mambo.

Di sisi lain, juga banyak hal yang harus diperbaiki seperti anggapan bahwa miskin merupakan takdir, persoalan disiplin dan tepat waktu, budaya instant, hanya menyelesaikan persoalan di permukaan saja, dan budaya-budaya lain yang tidak mendukung kemajuan. Di negara-negara maju seperti Jepang dan Korea, budaya yang tidak baik tersebut sudah tidak ada.

"Kalau umat tidak mandiri, Islam Nusantara tidak jadi," tegasnya.

Selain itu,  ia juga menekankan pentingnya untuk mandiri. Budaya merengek-rengek dan minta bantuan tidak akan mendorong seseorang menjadi tangguh sebagaimana kupu-kupu yang dibantu keluar dari kepompongnya.

Ketidakpastian dunia

Pada kesempatan itu, ia juga menjelaskan dunia sekarang dipenuhi dengan sejumlah ketidakpastian. Seperti Brexit, yaitu Inggris yang ternyata keluar dari Uni Eropa, ancaman peluncuran nuklir oleh Korea Utara, berkembangnya partai nasionalis di Eropa, munculnya Donald Trump sebagai kandidat presiden AS, skandal keuangan di Malaysia yang melibatkan perdana menteri, presiden Brazil diturunkan, dan lainnya.

Ekonomi dunia juga sedang bermasalah di mana China hanya tumbuh 7 persen. Akibatnya, banyak negara yang menggantungkan ekspor ke China juga turun pendapatannya. Turunnya harga minyak juga menjadi masalah bagi negara-negara eksporter minyak yang akhirnya menjadi persoalan bagi APBN-nya. Indonesia, dalam hal ini termasuk negara yang pertumbuhan ekonominya turun.

Gelombang perubahan teknologi juga telah menyebabkan perubahan masyarakat. Kini, dengan teknologi, Uber menjadi perusahaan layanan taksi terbesar sedunia, walaupun tak punya taksi satupun. Amazon menjadi perusahaan retail terbesar sedunia tanpa perlu memiliki toko. Ia mengingatkan agar NU memberi perhatian soal ini karena perubahan ekonomi dikuasai oleh mereka yang memiliki teknologi. Baginya, tantangan terbesar bukanlah tantangan geopolitik, tetapi penguasaan teknologi yang mampu merubah dunia ini.

Untuk bisa menang dalam persaingan, tidak cukup dengan lebih produktif dan efisien, tetapi hal itu sudah menjadi syarat wajib untuk bisa bertahan. Untuk bisa menang dalam persaingan, perlu menjadi inovatif, kreatif, dan mengembangan jiwa kewirausahaan.

Ia juga mengingatkan, kemajuan teknologi ternyata juga membawa sisi negatif, yaitu menyebabkan terjadinya kesenjangan ekonomi yang lebih besar. Yang menang adalah cerdas, pandai, inovatif, dan kreatif. (Mukafi Niam)