Dari Nganjuk ke Texas, Kisah Zainal Abidin Berkiprah di Negeri Paman Sam
Selasa, 25 Oktober 2022 | 14:00 WIB
Jakarta, NU Online
Lahir dan besar di daerah tak menyurutkan girah pria asal Nganjuk, Jawa Timur ini untuk menekuni bidang keilmuan yang digemarinya, teknik mesin. Tak tanggung-tanggung, ia kini telah berkiprah di Negeri Paman Sam, bahkan menjadi salah satu pengajar di University of Texas, di San Antonio, Amerika Serikat.
Adalah Zainal Abidin, pria kelahiran Nganjuk, 3 Januari 1975, yang telah melakukan pengembaraan ilmu di sejumlah universitas baik di dalam maupun luar negeri.
Ketertarikannya pada bidang teknik terlihat dari riwayat pendidikan yang ia miliki. Zainal merupakan sarjana teknik mesin Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun kelulusan 1998. Zainal lalu melanjutkan studi magisternya di perguruan tinggi yang sama, ITB, tahun kelulusan 2001. Tak berhenti di situ, pada tahun 2002 ia kemudian melanjutkan program doktoral di Graz University of Technology, Austria.
Selepas menyelesaikan pendidikan di Austria di tahun 2005, ia mendapatkan tawaran dari sebuah lembaga penelitian yang berbasis di San Antonio. Pada akhir tahun 2009, ia terbang ke Amerika Serikat membawa serta sang istri dan menetap hingga saat ini.
"Saya berasal dari kampung, pelosok Nganjuk. Saya tidak pernah mengira bisa ke Amerika. Dengan izin Allah swt, saya bisa ke Amerika sampai sekarang," kata Zainal kepada NU Online, Senin (24/10/2022).
Selain beraktivitas di lembaga penelitian tersebut, Katib Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Amerika Serikat-Kanada itu juga diketahui menjadi Adjunct Professor Universitas Texas di San Antonio, Amerika Serikat. Dirinya mengampu mata kuliah teknik mesin.
"Saya mengajar S1 di sini (Universitas Texas) program teknik mesin, saya juga melakukan bimbingan ke anak pascasarjana," ujar Zainal.
Dari Austria ke Amerika
Usai kelulusannya di Graz University of Technology, Zainal menyebut dirinya sempat bekerja untuk perusahaan yang bergerak di ranah pengembangan, simulasi dan pengujian sistem powertrain di Austria, tahun 2008. Di tahun berikutnya, ia mendapat tawaran untuk menjadi peneliti di Southwest Research Institute, sebuah lembaga penelitian yang berbasis di San Anotnio, Texas, Amerika Serikat.
Mulanya, Zainal mengaku berat untuk merespons tawaran tersebut. Ia merasa sudah cukup mapan dan stabil untuk menetap di Austria. Namun, setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya ia menerima tawaran tersebut dan bersedia untuk terbang ke Amerika Serikat di akhir tahun 2009.
"Saya kerja di industri di Austria sejak 2008 sampai 2009. Waktu itu ada tawaran dari Amerika dari lembaga penelitian. Karena kami sudah lumayan settle di Austria, ketika ada tawaran itu kami juga agak bingung," jabar Zainal.
"Akhirnya, mereka negosiasi dan mau membiayai semuanya termasuk tiket pesawat 3-4 kali karena seluruh peralatan kami seperti furnitur dan lain-lain diangkut semua ke Amerika. Saya sepakat cari pengalaman lain. Kami (Zainal dan istri) di Amerika sini mulai dari akhir 2009 sampai sekarang," tambahnya.
Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua