Jakarta, NU Online
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyatakan, agama tak sekedar hubungan vertikal antara makhluk dan khalik-Nya. Lebih dari itu, agama mengandung nilai dan ajaran tentang hubungan horizontal antar sesama makhluk.
“Nilai-nilai agama harus dibumikan. Karena pada hakikatnya, esensi agama adalah memanusiakan manusia. Nilai agama juga mengajarkan untuk respek dan menghormati perempuan, dalam kondisi apa pun dan di mana pun,” terang Menag saat menjadi salah satu pembicara dalam Workshop pada Malam Solidaritas Untuk Korban Kekerasan Seksual, di Tugu Proklamasi, Jum’at (13/05) malam seperti dikutip dari laman kemenag.go.id.
Selain Menag, acara yang dipandu oleh Pimred Kompas TV, Rosianna Sillalahi tersebut, menghadirkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anis Baswedan, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise, Kaukus Perempuan dan DPR RI Eva Sundari, Komnas Perempuan Yuni Yuniarti dan Humas Kadiv Polri, Boy Rafly Amar.
Menurut Menag, mempunyai kesadaran tinggi untuk melindungi anak-anak pada hakikatnya juga ajaran agama. Dalam konteks jurnalisme, lanjut Menag, hal ini misalnya bisa dilakukan dengan mengedepankan jurnalisme empatik, bagaimana teman-teman wartawan lebih berpihak pada korban, bukan mengeksploitasi korban.
Menag melihat, permasalahan kekerasan pada perempuan, khususnya anak, sangat kompleks dan pemahaman agama yang baik bisa menjadi solusi. Menurutnya, pemahaman tentang nilai-nilai agama, bisa menjadi salah satu kontribusi untuk meminimalisir kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak.
“Pendidikan agama memiliki signifikansi makna dalam ikut mengatasi problematika sosial, yaitu ketika agama mampu diterjemahkan untuk permasalahan sosial. Inilah salah satu tantangan bagi kita, bagaimana setiap kita lebih mampu memaknai agama pada posisi sosialnya, pada nilai-nilai agama yang bisa dimanfaatkan,” tutur Menag.
Menag jujur, merasa dalam kondisi geram dan marah atas kekerasan seksual pada perempuan dan anak akhir-akhir ini. Meski demikian, Menag mengajak untuk tidak terus terjebak pada suasa geram. Lebih dari itu, yang diperlukan ke depan adalah mencari solusi bersama.
“Kita harus mencari solusi bagaimana korban yang telah trauma, dicarikan solusi dan jalan keluar. Selain juga pencegahan yang masif,” imbuh Menag.
Dalam kesempatan tersebut, beberapa pembicara menjelaskan tentang korban kekerasan seksual dengan berbagai perspektif, baik dari sisi pendidikan umum, hukum dan lain sebagainya yang dipandu dengan sangat menarik oleh Rossi selaku moderator.
Setelah talkshow, para pengunjung berdiri sambil menyalakan lilin, sebagai bentuk kebangkitan dan perlawanan terhadap kekerasan seksual terharap perempuan dan anak. Dalam kesempatan tersebut dibacakan pula puisi “Nyala Untuk Yuyun” karangan Lukman Hakim Saifuddin oleh Saras Dewi. Red Mukafi Niam