Nasional

Gandeng Google, Wahid Institute Gelar Workshop Informasi untuk Perdamaian

Selasa, 1 September 2015 | 05:22 WIB

Jakarta, NU Online
The Wahid Institute bersama Google Indonesia menggelar workshop untuk menyebarkan informasi untuk perdamaian, Selasa (1/9) di Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta. Kegiatan bertajuk ‘Pitch for Peace’ ini digelar untuk memberikan langkah-langkah strategis dalam menyerap maupun menyebarkan informasi melalui berbagai media di dunia maya.<>

Hadir dalam kegiatan ini, Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin, Direktur The Wahid Institute Yenny Wahid, penulis buku Biografi Gus Dur Greg Barton, aktivis gender Hussein Muhammad, dan para aktivis media sosial, serta blogger.

Shinto Nugroho, Manajer Kebijakan Publik Google Indonesia mengatakan, bahwa sosial media yang saat ini menjadi basis penyebaran informasi mempunyai peran yang sangat strategis. 

“Bisa dikatakan para pengguna media sosial yang didominasi oleh anak-anak muda sudah berada pada tingkat Digital Native (pengguna yang sudah mahir, red),” ujarnya.

Sementara itu, Yenny Wahid dalam sambutannya menuturkan, bahwa peran generasi muda untuk menyebarkan informasi yang damai dan mendidik sangatlah penting. Menurutnya, berbagai ancaman yang berbau intoleransi sangat mudah menyebar di dunia maya. 

“Sebab itu, banggalah menjadi anak Indonesia, karena peran anak muda yang mencintai negara dan bangsanya sangat penting dalam penyebaran informasi damai di internet,” terang Putri Ke-2 Gus Dur ini.

Senada dengan Yenny Wahid, Lukman Hakim Saifuddin juga menerangkan, bahwa untuk menyebarkan informasi damai, para aktivis media sosial harus mengubah cara pandang, dari melawan tindakan radikal melalui informasi ke pendekatan merangkul mereka dengan informasi yang baik dan benar.

“Internet memang mimbar bebas, sebab itu kita yang mewarisi kearifan luhur dari guru dan orang tua kita sangatlah penting dalam menghadapi radikalisme di dunia maya,” tuturnya.

Lukman menandaskan, bahwa Google juga harus mempunyai kebijakan terkait konten-konten keras dan tidak mendidik dalam mesin pencariannya. “Kebaikan atau kebajikan Google sangat membantu kita dalam mencari sesuatu, tetapi mestinya hal ini diimbangi dengan kebijakan yang serius terkait konten-konten radikal dengan tidak menampilkan konten tersebut di urutan paling atas, misalnya,” tandas Menag. (Fathoni)