Nasional

Gus Baha: Ahlussunah wal Jama'ah itu Mudah Dicerna

Jumat, 20 Agustus 2021 | 07:00 WIB

Gus Baha: Ahlussunah wal Jama'ah itu Mudah Dicerna

Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Bahauddin Nursalim (Gus Baha). (Foto: NU Online)

Bojonegoro, NU Online
Pakar Al-Quran dan tafsir, KH Bahauddin Nursalim (Gus Baha) mengungkapkan bahwa ajaran yang ada dalam mazhab Ahlussunah wal Jama'ah bisa diterima secara luas karena dinilai mudah dan tidak mempersulit umat.


Hal tersebut disampaikan Gus Baha saat mengisi acara peringatan 40 hari wafatnya Habib Ali Zainal Abidin bin Husein bin Yahya yang digelar di halaman maqbarah Desa Ngampal, Kecamatan Sumberrejo, Kabupeten Bojonegoro, Jawa Timur, Rabu (18/8).


"Saya minta semuanya meniru apa yang dilakukan Habib Husein dan Habib Ali. Pokoknya senang mazhab Ahlussunah wal Jama'ah karena mazhab yang mudah dicerna, ciri utama kebenaran itu mudah dipahami," kata Rais Syuriyah PBNU ini.


Gus Baha menambahkan, dalam mazhab Ahlussunah wal Jama'ah orang masuk surga itu karena karunia dari Allah. Diceritakan, ada orang yang mempertanyakan alasan tidak dijadikannya amal sebagai pertimbangan untuk masuk surga.


“Lalu ditanya Allah, kenapa masuk surga? karena tidak pernah maksiat. Berapa lama tidak maksiat? dijawab 80 tahun. Ya sudah, masuk surga selama itu, kok tidak selamanya Ya Allah? kata kamu masuk surga karena amalmu, ya segitu,” papar kiai asal Rembang, Jawa Tengah tersebut.


Dijelaskan Gus Baha, Allah kemudian menjelaskan bahwa rahmat-Nya tak terbatas maka surga-Nya pun tidak terbatas. Setelah mendapat penjelasan ini, orang yang tadi bertanya kemudian tidak mengandalkan amalnya melainkan mengharapkan anugerah dari Allah.


"Ketika Ahlussunah berpendapat masuk surga karena rahmat Allah itu mudah dipahami. Tidak sulit, semua tergantung Allah. Tidak perlu mengafirkan orang lain. Sangat aneh kebenaran yang sampai mengancam itu," jelas Ketua Tim Lajnah Mushaf UII Yogyakarta itu. .


Contoh lain, kata Gus Baha, Nabi Muhammad memiliki konsep tauhid atau satu Tuhan. Awalnya orang Arab banyak yang menganggap hal itu janggal. Nabi kemudian menjelaskan dengan model bertanya, jika ada pembantu punya satu majikan dan punya banyak majikan itu enak yang mana?.


“Saat itu, orang Arab menjawab enak punya satu majikan, perintahnya tidak banyak, kata orang yang menentang. Lalu Nabi bilang, begitu juga dengan Tuhan. Nabi mudah menjelaskan konsep ini dengan logika yang sederhana,” ungkap santrinya almarhum KH Maimoen Zubair ini.


Gus Baha juga menjelaskan tentang ajaran Ahlussunah wal Jama'ah yang mencintai Nabi Muhammad serta keluarga dan sahabatnya. “Logikanya sederhana, Nabi itu baik, yang menemaninya juga baik. Istrinya baik, anaknya baik, dan menantu juga baik. Teman duduk juga orang baik. Kalau ada mazhab yang sulit, maka dipertanyakan kebenarannya," imbuh Gus Baha.


Dikatakan, alasan Ahlussunah memiliki konsep mudah dicerna karena meniru sikap Nabi Muhammad yang berpandangan luas bahwa rahmat Allah tidak terbatas meskipun umatnya ada yang nakal. Allah sangat mudah memaaafkan dan menghapus semua dosa seseorang dan Nabi pun memiliki konsep syafa’at.

 

Pada kesempatan tersebut, Gus Baha menceritakan kisah muridnya sahabat Jabir bernama Muhammad bin Mukadir yang punya kebiasaan melakukan shalat mayit kepada jenazah orang fasik, misalnya meninggal karena mabuk. 

 

“Alasannya sangat luar biasa, saya malu pada Allah, jangan-jangan saya berpikiran Allah yang memiliki rahmat luas ternyata tidak cukup merahmati orang fasik ini. Jadi niatnya bersaksi bahwa rahmat Allah tidak terbatas," pungkasnya.

 

Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Aiz Luthfi