Ali Musthofa Asrori
Kontributor
Jakarta, NU Online
Amaliyah KH Hasyim Wahid (Gus Im) sudah banyak. Sebab, gagasan dan upayanya selama ini memang dikhususkan untuk publik.
Hal tersebut dikatakan KH Faruq dari Jombang Jawa Timur yang didaulat menyampaikan testimoni pada tahlilan malam ketujuh hari Gus Im di Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (6/8) malam.
"Bagi saya, Gus Im ini sosok zahid, seorang yang zuhud. Seorang yang topo. Padahal beliau ini putra KH Wahid Hasyim dan Nyai Sholichah," ujarnya melalui telekonferensi virtual dari kediamannya di Jombang.
Selama bergaul sejak akhir 1980-an hingga 1990-an, lanjut dia, secara fisik hingga menjelang wafat cukup akrab. Bahkan, hampir dalam sepekan ia terlibat obrolan bersama Gus Im.
"Hingga akhirnya muncul wabah Covid-19 ini beliau terus memikirkan Indonesia. Pikirannya masih fokus ke rakyat. Saya yakin, beliau khusnul khatimah," ujar Kiai Faruq.
Bahkan, lanjut dia, saat pemakamannya di Jombang, Jatim pun banyak sekali yang memberi penghormatan terakhir.
"Saya melihat keramat Gus Im ditampakkan pada saat itu," tutur Kiai Faruq.
Ia berpesan, keluarga Gus Im agar menggantikan ibadah yang mungkin saja ditinggalkannya seperti shalat dan puasa.
"Jika tidak mampu, bisa digantikan dengan membayar fidyah untuk beliau agar tidak ada tanggungan lagi ketika menghadap Allah SWT," wejangnya.
"Jadi, keluarga tidak hanya berkewajiban membayar utang harta. Namun, juga utang ibadah kepada-Nya," pungkas Kiai Faruq.
Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
250 Santri Ikuti OSN Zona Jateng-DIY di Temanggung Jelang 100 Tahun Pesantren Al-Falah Ploso
Terkini
Lihat Semua