Nasional SETENGAH ABAD LESBUMI

Gus Mus Prihatin Lakunya Film Berselera Rendah

Jumat, 13 April 2012 | 06:09 WIB

Jakarta, NU Online
Film-film berselera rendah sangat laku di pasaran. Sebaliknya, film bermutu malah sukar diedarkan. Hal itu mengemuka dalam Musyawarah Film Nasional dengan tema Posisi Indonesia dalam Film Nasional di gedung PBNU, Jakarta, Kamis (12/4).<>

Menurut Wakil Rais Aam PBNU KH A. Mustofa Bisri (Gus Mus), saat menyampaikan pengantar, hal itu disebabkan para pembuat film sekarang tidak memiliki tujuan untuk mendidik masyarakat.

“Bikin judul saja, orang film sekarang itu nggak tahu. Coba, ada yang ngesot-ngesot itu? Suster Ngesot dan Putri Tertukar,” ujarnya.

Gus Mus mengatakan, ketika film-film demikian ditonton masyarakat terus-menerus, lama kelamaan membentuk selera masyarakat.

“Mereka (pembuat film, red) itu terus-menerus menjejalkan film ngesot, film pocong segala macam itu. Kemudian setelah itu mengatakan ‘bahwa saya membikin film begini adalah karena permintaan masyarakat’. Padahal yang membentuk selera masyarakat adalah mereka. Mereka bentuk dulu, lalu mereka cekoki dengan sampah-sampah itu,” tegasnya.  

Menurut kiai yang cerpenis dan pelukis asal Rembang, Jawa Tengah ini, hal itu disebabkan para pembuat film tidak perduli kepada pendidikan masyarakat.

Kemudian Gus Mus membandingkan mereka dengan tokoh-tokoh Lesbumi ketika membuat film, “Berbeda dengan apa yang dilakukan Usmar Ismail, Djamaluddin Malik dan Asrul Sani. Mereka memiliki konsen mendidik masyarakatnya, jadi masyarakat yang cerdas,yang mempunyai Tuhan, mempunyai negeri yang namanya Indonesia,” paparnya. 

Gus Mus mencontohkan film yang dibesut Usmar Ismail, “Kalaupun mereka bikin film hiburan, mereka betul-betul menghibur seperti filmnya Usmar Ismail yang Tiga Dara. Ketika itu meledak. Orang segar sekali ketika keluar dari bioskop. Tidak seperti sekarang, pulang dari bioskop, eneg perutnya,”

Selain Gus Mus, didaulat sebagai pmrasaran dalam musyawarah tersebut diantaranya Wasekjen PBNU Abdul Mun’im DZ, Sekjend Persatuan Artis Film Indonesia H Riza Pahlawan, Redaktur Rumah Film Hikmat Darmawan, perwakilan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Syamsul Lussa, dan pengamat film Dimas Jayasrana.

Musyawarah film nasional tersebut dalam rangka peringatan setengah abad Lembaga Seniman dan Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) yang jatuh tanggal 28 Maret lalu, dan Hari Film Nasional yang ke-62.

 

Redaktur : Sudarto Murtaufiq
Penulis    : Abdullah Alawi