Nasional

Gus Ulil Paparkan Penyebab Islam Jadi Agama Bercorak Moderat

Sabtu, 15 Agustus 2020 | 15:45 WIB

Gus Ulil Paparkan Penyebab Islam Jadi Agama Bercorak Moderat

Cendekiawan NU, Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil), saat berbicara dalam sebuah forum. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Di antara yang menyebabkan agama Islam menjadi agama yang bercorak moderat adalah adanya madzhab. Seperti diketahui, dalam Islam ada empat madzhab yang paling berpengaruh yakni Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali. Pengalaman bermadzhab umat Islam inilah yang kemudian membentuk Islam sebagai agama moderat.


Hal tersebut dikatakan Cendekiawan muda NU Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil) saat berbicara pada Webinar Pra-Konfercab Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Maroko bertema ‘Moderasi Beragama Berbasis Kearifan Lokal’, Sabtu (15/8).


Di antara sebab lain yang menjadikan wasathiyah sebagai corak beragama dalam Islam, kata dia, adalah mengikuti aqidah Asy’ariyah atau Maturidiyah. Aqidah ini menempuh model pemahaman teologi yang menggabungkan antara dua kubu.


“Yakni, madzhabus salaf (teologi yang tidak mempermasalahkan kenapa harus begini dan begitu/ berserah diri secara mutlak) dan madzhabul khalaf (teologi ulama kontemporer yang lebih rasional),” tutur Gus Ulil.


“Kelompok-kelompok yang biasanya cenderung keras dan radikal sikap beragamanya, biasanya mengikuti pendekatan aqidah yang satu sisi saja (madzhabus salaf atau madzhabul khalaf),” sambungnya.

 


Dalam konteks ke-Indonesia-an, lanjut Gus Ulil, model beragama yang moderat (wasathiyah) sudah disumbangkan oleh para pendiri Nahdlatul Ulama dan para kiainya.


Menurut Gus Ulil, wujud peran dan sumbangsih nyata ulama NU dalam mewujudkan pemahaman beragama yang moderat di antaranya adalah menerima keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Lebih dari itu, ulama NU yakni Gus Dur sudah memberi contoh nyata moderasi dengan melakukan dialog lintas agama. Hal ini yang kemudian juga dilakukan oleh Grand Syekh Al-Azhar Ahmad Al-Thayyeb dengan melakukan pertemuan bersama Paus Fransiskus yang menghasilkan Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia pada 2019 silam.


“Tindakan Syekh Ahmad Al Thayyeb ini sudah dilakukan Gus Dur sejak tahun 80-an. Artinya, Gus Dur sudah bertindak jauh melampaui apa yang dilakukan oleh ulama Al-Azhar saat ini,” tandas Gus Ulil.


Menurut menantu KH A Mustofa Bisri (Gus Mus) ini, dialog antaragama seperti itulah yang menjadi sumbangan berharga KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Ini pula yang menjelaskan kenapa para generasi muda NU bisa dengan mudah dan nyaman sekali bergaul dan berinteraksi dengan tokoh-tokoh non-Muslim.


“Ini semua terjadi karena warisan Gus Dur,” pungkas kiai muda pengasuh Ngaji Ihya’ Online ini.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Musthofa Asrori