Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 1990-1994 H M Ichwan Sam. (Foto: Istimewa)
Muhammad Syakir NF
Penulis
Jakarta, NU Online
H Ichwan Sam, Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 1990-1994 dan Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) 2005-2015 wafat pada Ahad (25/12/2022) pukul 11 siang.
Katib Syuriyah PBNU H Asrorun Niam Sholeh mengenang sosoknya sebagai seorang administrator ulung. Kepiawaiannya dalam mengelola adminstrasi terbukti dengan ditunjuknya sebagai sekretaris jenderal di dua organisasi besar Islam di Indonesia.
"Begitu mendengar kabar wafatnya Mas Ichwan, saya langsung terbayang sosok administrator yang menata dan memodernisir organisasi besar NU dan MUI, sosok yang supel, bekerja dalam diam, dan mentor yang membimbing, mengayomi, dan mengader banyak orang," ujar Niam kepada NU Online pada Senin (26/12/2022).
Ia mengaku sudah sejak tahun 1996 mengenal almarhum saat terlibat dalam majalah MUI, Mimbar Ulama. Ia juga diminta membantu berbagai kegiatan MUI, terlebih yang terkait dengan publikasi, kesekretariatan, dan penyusunan materi kegiatan. Saat itu, almarhum menjabat sebagai wakil sekretaris.
"Mas Ichwan rajin membimbing, dengan memberikan arahan, mengajak diskusi, memberikan penugasan, hingga mengoreksi tugas yang sudah saya selesaikan. Koreksinya detail, hingga redaksi dan tanda baca yang sangat kecil," kenang Ketua MUI Bidang Fatwa itu.
Dari situ, ia belajar banyak hal kepada almarhum, mulai soal organisasi, tertib administrasi, komunikasi sosial, persahabatan, menjaga harmoni dan keseimbangan dalam tata pergaulan organisasi, hingga kedisiplinan.
"Beliau pekerja keras dan dedikasinya untuk NU dan MUI sungguh luar biasa. Di NU, Mas Ichwan menjadi salah satu aktor dalam modernisasi tata persuratan organisasi, dan terlibat dalam proses kembalinya NU ke khittah. Di MUI, Mas Ichwan meninggalkan warisan pemapanan organisasi MUI sebagai pelayan umat dan mitra pemerintah," katanya.
Almarhum juga, kata Niam, menjadi aktor pendirian Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI, lembaga otonom MUI yang khusus mengurusi fatwa ekonomi dan keuangan syariah. Lembaga ini menjadi mitra Bank Indonesia dan otoritas keuangan dalam menjalankan praktik ekonomi dan keuangan syariah. "Hampir seluruh hidupnya didedikasikan untuk perjuangan lewat organisasi," ujarnya.
Baca Juga
Ichwan: MUI Tidak Anti Dikritik
Niam juga mengenal sosok almarhum sebagai sosok yang aktif bekerja dalam diam. Produk organisasi diarsipkan dan ditata serta didokumentasikan dengan sangat baik. Namun tidak larut dalam hingar bingar panggung publik sehingga, meski peran organisasinya luar biasa, tetapi namanya di publik tidak setenar aktivis organisasi yang lain.
"Beliau tekun, istikamah, dan pekerja keras di balik meja. Maklum, beliau wartawan senior. Biasa menulis tentang orang, bukan tentang dirinya," ujarnya.
Setidaknya, ada dua pelajaran penting yang ia peroleh dari almarhum dalam berorganisasi, khususnya saat berkhidmah di NU dan MUI. Pertama, komitmen untuk merawat kader dan menjaga harmoni. Kedua, menghindarkan diri dari konfrontasi dan konflik.
Almarhum selalu melihat sisi positif dalam berbagai dinamika organisasi. Ketika ada pengurus tidak aktif, dan ada yang protes akan ketidakaktifannya, almarhum berseloroh, "loh, kalau tidak aktif justru memberi kesempatan sampeyan untuk lebih optimal berkhidmah."
Sebaliknya, jika ada pengurus aktif, atau bahkan "terlalu aktif" sampai mengerjakan hal-hal yang bukan bidangnya, almarhum juga tetap berpikir positif, "Ya malah bagus, punya semangat sehingga meringankan tugas yang lain."
Dalam distribusi tugas, almarhum konsisten dengan asas representasi, dengan terus menjaga komunikasi dengan berbagai latar belakang ormas Islam yang berbeda. Ketika penyusunan pengurus MUI, almarhum selalu menekankan dua hal, yaitu aspek kompetensi dan aspek keterwakilan atau representasi.
"Hal ini untuk menjaga kebersamaan dan harmoni, namun harus tetap dalam koridor profesionalitas dan keahlian sesuai bidang tugasnya," kata Niam.
"Selamat jalan Mas Ichwan, amal jariyahmu akan mengalirkan pahala, menerangi alam kuburmu; menjadi pemberat timbangan kebaikanmu, dan mengantarmu dalam indahnya surga, jannatunnaim," pungkasnya.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Syamsul Arifin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua