Nasional

Habib Hilal Al-Aidid Krapyak Sebut Muktamar sebagai Hari Raya Warga NU

Selasa, 26 Oktober 2021 | 01:15 WIB

Habib Hilal Al-Aidid Krapyak Sebut Muktamar sebagai Hari Raya Warga NU

Logo NU (Foto: dok NU Online)

Jakarta, NU Online
Habib Muhammad Hilal Al-Aidid Krapyak, Yogyakarta, menyebut Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-34 yang akan digelar pada 23-25 Desember 2021 di Provinsi Lampung sebagai hari raya warga NU. Ia mengajak Nahdliyin untuk berdoa agar muktamar berjalan secara aman dan damai. 

 

"Kita sebagai Nahdliyin mengharapkan muktamar sebagai hari raya sekaligus hari kemenangan bagi kebangkitan seluruh warga Nahdlatul Ulama. Mari kita berdoa dengan keyakinan yang kokoh, muktamar NU insyaallah aman dan damai," kata Habib Hilal dalam sebuah tulisan yang diterima NU Online, pada Senin (25/10/2021) malam.  

 

Menurutnya, keputusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang menetapkan muktamar pada Desember mendatang disambut baik dan merupakan kabar gembira bagi warga NU di seluruh pelosok tanah air.

 

"Akan tetapi kabar ini sedikit membuat sedih hati para romli (rombongan liar) karena tidak bisa mengikuti dan memantau jalannya muktamar dan tidak bisa membawa oleh-oleh dari cerita perputaran muktamar karena dibatasi oleh Covid-19," guyon Habib Hilal. 

 

Kemudian ia mengingatkan bahwa NU didirikan oleh para wali yang memiliki maqam atau derajat tinggi dan mampu memayungi setiap perputaran zaman. Itulah yang dilakukan oleh para pendiri NU terdahulu. 

 

Habib Hilal juga menuturkan bahwa muktamar menjadi sebuah forum permusyawaratan tertinggi NU yang dinantikan keseruannya bagi para pengurus di tingkat wilayah dan cabang. Sementara bagi para kiai sepuh, muktamar adalah sebuah renungan.

 

"Muktamar bagi para kiai sepuh adalah sebuah renungan dari istisyarah yang melahirkan gerakan istikharah serta ikhtiar dalam menirakati keputusan yang menghasilkan pemimpin berkualitas," katanya.  

 

Pemimpin berkualitas itu mencakup seluruh akhlak, adab, fathanah, dan bithanah sebagaimana para pendiri NU yakni Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari dan KH Abdul Wahab Chasbullah. Bahkan mampu bergerak seperti pergerakan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bagi lintasan zaman, terlebih dalam memasuki abad kedua NU. 

 

Habib Hilal juga mengatakan bahwa perbedaan di tubuh NU tentu sudah sangat biasa. Hal ini dibuktikan karena NU memiliki Lembaga Bahtsul Masail (LBM). Menurutnya, LBM hidup dengan perdebatan dan perbedaan demi menghasilkan kesepakatan ijtihad yang dijadikan payung hukum dalam berubudiyah.

 

"Jadi soal calon baru (dan) calon lama itu bukan hal yang tabu dibahas di kalangan warga NU," tegasnya.

 

Ia menegaskan, orang-orang NU memiliki harapan sangat tinggi terhadap perkembangan organisasi secara nasional. Habib Hilal sendiri berharap agar gelaran Muktamar ke-34 NU nanti mampu memberikan program kerja nyata bagi seluruh PCNU di seluruh pelosok tanah air.

 

"(Dan) dipastikan program PBNU tersosialisasikan dengan nyata sampai ke tingkat ranting. (Sebab) yang menarik dari NU yang patut kita ketahui bersama, NU memiliki 34 PWNU dan lebih dari 500 PCNU di seluruh Indonesia," pungkas Habib Hilal. 

 

Sekilas tentang muktamar

Diketahui, muktamar merupakan forum permusyawaratan tertinggi di tubuh organisasi NU yang diselenggarakan pada setiap lima tahun sekali. Agenda ini dihadiri oleh peserta muktamar atau muktamirin yang terdiri dari peserta, peninjau, dan pengamat.

 

Peserta terdiri dari pengurus besar, wilayah, dan cabang. Para peserta ini berhak mengemukakan saran dan pendapat terhadap masalah-masalah yang berkembang di dalam persidangan. 

 

Peninjau juga berhak menyampaikan saran dan pendapat, tetapi tidak memiliki hak suara. Sementara pengamat merupakan intelektual atau akademisi yang mengikuti jalannya persidangan di dalam muktamar. 

 

Mereka mengikuti persidangan yang digelar dalam berbagai komisi sesuai dengan minat masing-masing. Di antara komisi-komisi itu adalah komisi rekomendasi, organisasi, dan program. Kemudian ada pula tiga komisi bahtsul masail yakni komisi waqi’iyah, maudhu’iyah, dan qanuniyah. 

 

Pada muktamar juga terdapat penggembira yakni warga NU yang sekadar ingin melihat-lihat aktivitas muktamar. Berdasarkan catatan NU Online, pada Muktamar ke-32 NU di Makassar tahun 2010 jumlah muktamirin sekitar 4000 orang dan mencapai sekitar 8000 orang jika ditambah penggembira. 

 

Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan