Jakarta, NU Online
Peserta International Summit of the Moderate Islamic Leaders (Isomil) dari delegasi Rusia Rinat Bultacheef mengaku belum sepenuhnya mengetahui Indonesia sampai ia mendapatkan undangan untuk menghadiri pertemuan pemimpin moderat dunia tersebut.
“Begitu dapat undangan Isomil, saya langsung mencari tahu Indonesia itu seperti apa. Dan saya baru tahu kalau Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia,” kata Rinat kepada NU Online di JCC Senayan Jakarta, Selasa, (10/5).
Namun demikian, ia mengaku senang karena sudah diundang untuk mengahdiri acara internasional ini. “Isomil perlu menjadi contoh bagi negara-negara muslim lainnya karena di situ dibahas permasalahan-permasalahan dunia Islam dan solusinya,” ungkap laki-laki lulusan Al-Azhar Kairo jurusan Hubungan Internasional tersebut.
Rinat berharap bahwa salah satu hal yang harus diperhatikan oleh Indonesia dan Nahdlatul Ulama yang merupakan bangsa dan organisasi Islam terbesar di dunia dan negara dengan penduduk muslim terbesar adalah persoalan ekonomi.
“Harapannya, karena ini umat Islam terbesar di dunia, masalah ekonomi juga perlu diperhatikan,” tegasnya.
Ia mencontohkan bahwa sebagaimana Rusia yang tidak mengimpor barang-barang dari Eropa dan Amerika karena memiliki produk-produknya sendiri, ia berharap Indonesia juga akan bisa melakukan hal yang sama.
Lebih lanjut, ia menceritakan bahwa Islam berkembang dengan baik di negara tempat kelahiran Stalin tersebut. “Tempat-tempat ibadah yang dulu diambil oleh negara dan kemudian dijadikan tempat wisata atau museum, sekarang (tempat-tempat ibadah tersebut) sudah dikembalikan fungsinya sebagai tempat ibadah,” cerita Rinat.
“Karena bangunan kan itu didirikan untuk ibadah, bukan untuk wisata,” lanjutnya.
Rinat mengatakan bahwa salah satu perkembangan Islam di Rusia yang menggembirakan adalah masalah haji, ada sekitar dua puluh enam ribu umat Islam setiap tahunnya dari seluruh Rusia yang menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci.
“Sebelumnya dikasih pembekalan-pembekalan sebelum keberangkatan ke Mekkah. Dan sekarang haji sudah diatur oleh negara masuk di bawah kementerian pertanahan,” tandasnya. (Muchlishon Rochmat/Fathoni)