Nasional

Institut Humanitarian Islam Sorot Perkembangan Teknologi bagi Eksistensi Kehidupan Manusia

Jumat, 14 Maret 2025 | 20:30 WIB

Institut Humanitarian Islam Sorot Perkembangan Teknologi bagi Eksistensi Kehidupan Manusia

Iftar Talk yang digelar Insitute for Humanitarian Islam, Jumat (14/3/2025) di Hotel Acacia Jakarta. (Foto: dok. NU Online)

Jakarta, NU Online

Dalam era kemajuan teknologi yang pesat, dampak teknologi terhadap kemanusiaan semakin mengemuka, hal itu membuat manusia semakin bergantung pada penggunaan teknologi.


Direktur Jenderal Sains dan Teknologi Kemendiktisaintek Prof Ahmad Najib Burhani mengatakan bahwa pengembangan teknologi merupakan upaya untuk menjaga eksistensi, hubungan dan kehidupan antarmanusia.


"Tujuan pengembangan teknologi adalah untuk menjaga eksistensi manusia, hubungan antarmanusia, dan kehidupan masyarakat," kata Prof Najib pada acara Iftar Talk: Masa Depan Teknologi dan Ancaman Dehumanisasi di Hotel Acacia, Jakarta pada Jumat (14/3/2025).


Prof Najib menjelaskan bahwa manusia harus terus bisa memproduksi dan mengembangkan ilmu sains dan teknologi sebagai upaya pengembangan masyarakat yang lebih maju.


"Bagaimana kemudian sains dan teknologi itu tetap menjadikan human center of technology, human center of science bahwa di dalam kita mengembangkan masyarakat bagaimana kita mengembangkan produksi yang tinggi," ucapnya 


Ia juga mengungkapkan meskipun teknologi membawa banyak manfaat juga memiliki potensi untuk menjauhkan manusia dari esensi kemanusiaannya, misalnya perkembangan Artificial Intelligence (AI) yang semakin canggih dapat menimbulkan kekhawatiran akan hilangnya sentuhan manusia dalam berbagai aspek kehidupan.  


Prof Najib mengingatkan masyarakat jika tidak dapat mengelola teknologi dengan baik, maka bukan memajukan melainkan menghancurkan manusia.


"Jika tidak diantisipasi teknologi justru dapat menghancurkan kemanusiaan alih-alih memajukan manusia," ungkapnya.


Sementara itu, Direktur Pengembangan Ekosistem Digital Kementerian Komdigi Sonny Sudaryana menyebutkan jika berbicara mengenai Artificial Intelligence (AI) ada beberapa bagian.


"Mengenai AI itu yang pertama kolektifitas jika tidak ada internet gak akan jalan, kedua infrastruktur dasarnya atau data center-nya jika jaman dahulu menggunakan CPU sekarang menggunakan GPU, ketiga algoritma dan platformnya mengenai pembuatnya," tuturnya


Sonny mengungkapkan hal yang paling penting dalam AI itu adalah data yang dapat diukur dan memiliki nilai yang tidak terbatas atau continuous data.


"Yang paling penting itu continuous data, jadi percuma jika tidak ada data yang update atau continuous," imbuhnya.


Sementara itu, Co-Founder Provetic Safiq Pontoh menyebutkan untuk bertahan pada zaman sekarang adalah memiliki daya nalar yang logis dan pikiran yang kritis jika tidak manusia akan hanyut di dalam ditelan oleh AI.


"Itu sebabnya untuk menghadapi era AI adalah logical and critical thinking tanpa kedua hal itu manusia habis dimakan AI, apalagi sekarang serba tanya AI da menganggap itu hal yang benar padahal itu bisa di engineering," kata Safiq


Safiq mengingatkan kepada masyarakat untuk berhati-hati dalam menggunakan AI karena jikalau ia menanyakan kepada AI hal yang rahasia maka itu akan terbaca AI dan berpotensi dilihat hal rahasia itu oleh orang lain.


"Saya ingatkan mesti hati-hati dalam menggunakan AI apalagi jika menanyakan hal yang bersifat rahasia, jangan sampai hal rahasia itu di-upload ke AI karena kemungkinan bisa dilihat oleh orang lain," pungkasnya.

 

Diskusi tersebut dihadiri oleh Direktur Institute for Humanitarian Islam Yaqut Cholil Qoumas, Founder Alvara Reasearch Center Hasanuddin Ali. Hadir juga Cak Sunanto, Adung Abdurrahman, dan sejumlah aktivis muda Nahdliyin.