Ketum Ikapete: KH Hasyim Asy’ari Sosok Inklusif terhadap Dinamika Kehidupan, Senang Bergaul dengan Rakyat Kecil
Ahad, 6 Oktober 2024 | 09:00 WIB
Ketum Ikapete Prof H Maskuri Bakri dalam Muktamar II Pemikiran Hadratussyekh KH Hasyim Asyari yang dilaksanakan oleh Presidium Ikapete Nasional di Masjid Raya KH Hasyim Asyari, Jakarta Barat, pada Jumat (4/10/2024).
Erik Alga Lesmana
Kontributor
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Presidium Ikatan Alumni Pondok Pesantren Tebuireng (Ikapete) Nasional Prof Maskuri Bakri mengungkapkan bahwa Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari merupakan sosok yang sangat inklusif atau terbuka terhadap berbagai pemikiran dan dinamika kehidupan masyarakat.
Hal itu disampaikan Prof Maskuri Bakri dalam kegiatan Muktamar II Pemikiran Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari yang dilaksanakan oleh Presidium Ikapete Nasional di Masjid Raya KH Hasyim Asy'ari, Jakarta Barat, pada Jumat, (4/10/2024).
“Beliau (KH Hasyim Asy'ari) adalah tokoh yang sangat inklusif, sangat terbuka, yang sangat akomodatif terhadap berbagai macam pemikiran-pemikiran konstruktif di tengah-tengah kehidupan masyakarat. Beliau juga sebagai tokoh yang sangat adaptif terhadap perkembangan dan dinamika kehidupan, baik dari sisi ekonomi, dari sisi politik, sisi budaya dan sebagainya,” ungkap Prof Maskuri.
Ia menjelaskan, Muktamar II digelar oleh Presidium Ikapete Nasional untuk mengangkat pemikiran KH Hasyim Asy’ari sebagai sosok pemikir dan pendidik, sekaligus penggerak.
“Ini semangat para alumni dalam rangka untuk mengangkat kembali pemikiran dan harakahnya Hadratussyekh. Hadratussyekh bukan sekadar pemikir tetapi beliau adalah muharrik (penggerak),” jelas Prof Maskuri.
Bahkan, lanjutnya, KH Hasyim Asy'ari bukan semata-mata tokoh nasional, tetapi juga tokoh internasional yamg sudah sangat dikenal oleh tokoh-tokoh dan ilmuwan Islam dunia.
Meskipun dengan keterbatasan alat komunikasi saat itu, KH Hasyim Asy'ari tetap mampu menjangkau sampai ke ranah internasional.
“Di era Hadratussyekh memiliki bebagai macam keterbatasan infrastuktur, berbagai macam sistem komunikasi yang sangat terbatas, dari berbagai macam tekhnologi yang sangat terbatas, tetapi beliau mampu menjangkau dalam kehidupan pada lingkup nasional dan internasional,” terang akademisi yang merupakan Rektor Universitas Islam Malang (Unisma) 2014-2024 itu.
Prof Maskuri berharap, para alumni Pesantren Tebuireng mampu untuk mendedikasikan pemikiran, sikap, dan perilaku KH Hasyim Asy'ari sebagai panutan. Terlebih saat ini telah terdapat berbagai macam fasilitas dengan sangat mudah melalui teknologi informasi dan alat transportasi yang sangat lengkap.
“Ini bagian dari semangat kita untuk membangun satu tata kehidupan Hadratussyekh sebagai role modelnya bagi para santri. Kita bukan semata-mata alumni tetapi kita masih santrinya Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy'ari,” tegasnya.
Prof Maskuri kemudian menjelaskan bahwa sosok KH Hasyim Asy'ari merupakan kiai populis yang dapat bergaul dengan berbagai macam kalangan. Hal itu dibuktikan dengan sikapnya yang terbuka dengan rakyat kecil, bahkan dengan orang yang dianggap tidak baik sekalipun.
"Beliau juga seorang yang sangat populis, tidak elitis. Beliau bisa berbagaul dengan siapa saja, bisa berkomunikasi dengan siapa saja, bukan hanya dengan tokoh-tokoh tetapi dengan masyarakat kecil,” katanya.
Bahkan, masyarakat kecil yang kerap disambangi KH Hasyim Asy'ari itu adalah orang-orang yang suka mabuk-mabukan dan melakukan berbagai macam kemaksiatan.
“Beliau masih bisa berkomunikasi dengan orang seperti itu. Ini yang saya katakan beliau bukan elitis tetapi beliau sangat populis di tengah-tengah kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara,” terangnya.
Lebih lanjut, Prof Maskuri menjelaskan bahwa Komite Hijaz menjadi bagian yang tidak bisa terpisahkan dari KH Hasyim Asy'ari karena menjadi bukti atas perjuangan yang telah dilakukannya di kancah internasional.
Karenanya, Hari Santri yang dilaksankan pada 22 Oktober setiap tahun merupakan fakta jihad dari perjuangan KH Hasyim Asy'ari.
“Beliau sebagai pelopor resolusi jihad, beliau sebagai pelopor fakta jihad, yang insyaallah tanggal 22 Oktober nanti akan dirayakan oleh kita semuanya. Baik pemerintah, masyarakat, bangsa dan negara, lebih-lebih Nahdlatul Ulama yang memiliki peran strategis sebagai leading sektornya dalam rangka untuk merayakan Hari Santri pada 22 Oktober 2024 nanti. Maka menurut saya, para santri harus mengambil peran sesuai dengan kapasitas kita masing-masing,” tutup Prof Maskuri.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua