Nasional

KH Ahmad Siddiq, Sosok yang Menginspirasi UIN KHAS Jember

Sabtu, 1 Juni 2019 | 14:15 WIB

KH Ahmad Siddiq, Sosok yang Menginspirasi  UIN KHAS Jember

H Abdul Halim Soebahar, paling kiri (pegang mic)

Jember, NU Online
Dalam waktu yang tidak terlalu lama, Jember bakal mempunyai perguruan tinggi Islam dengan nama khas, yaitu Universitas Islam Negeri KH Ahmad Siddiq. Nama tersebut disingkat menjadi UIN KHAS Jember.

Menurut Ketua Tim Penyusun Naskah Akademik Pengusulan Nama Universitas Islam Negeri KH Ahmad Siddiq Jember, H Abdul Halim Soebahar,  pengusulan nama KH Ahmad Siddiq menjadi penting dan strategis sebagai ke-KHAS-an UIN Jember. Salah satu alasan yang ia kemukakan adalah karena beliau bukan hanya milik IAIN Jember, tapi termasuk pendiri kampus tersebut.

Juga, KH Ahmad Siddiq bukan hanya milik dan tokoh Nahdlatul Ulama karena pernah menjabat Rais ‘Aam PBNU, tapi lebih dari itu beliau adalah milik bersama, dan milik Indonesia. Sebab, pemikirannya tentang keislaman dan kebangsaan banyak menjadi rujukan para tokoh bangsa dan banyak menginspirasi generasi bangsa, dan masih relevan hingga saat ini.

“Dengan demikian, generasi terpelajar Indonesia diharapkan terinspirasi untuk lebih memahami pentingnya pengembangan Islam moderat di Indonesia,” tukasnya saat menjadi nara sumber dalam Focus Group Discussion, Peningkatan Kelembagaan Alih Status IAIN Menuju UIN di gedung baru IAIN Jember, Jumat (31/5).

Dalam pandangan Ketua MUI Jember tersebut, KH Ahmad Siddiq adalah sosok ulama yang  fenomenal. Salah satu acuannya adalah ketika beliau mampu meruntuhkan emosi dan argumen  banyak pihak yang menolak Pancasila sebagai asas tunggal. Momen itu terjadi ketika digelar Musyawarah Nasional Nahdlatul Ulama  di Situbondo (1983).

Saat itu KH Ahmad diminta menyampaikan prasaran tentang konsep penerimaan Pancasila sebagai azas organisasi. Lontaran pemikirannya yang menghentak justru di saat umat Islam, khususnya warga NU sedang terbuai dalam kegalauan sikap terhadap Pancasila. Bahkan  sempat muncul tudingan ekstrem bahwa Pancasila akan menggantikan agama di balik rencana gagasan azas tungal tersebut.

“Pada momen seperti itulah KH Ahmad tampil piawai. Argumentasinya dari sisi agama, politik maupun sejarah, sangat mendasar dan meyakinkan. Lontaran pemikirannya yang jernih dan segar ditopang oleh penampilannya yang kharismatik adalah nilai plus yang memungkinkan  KH Ahmad menaiki puncak kepemimpinan NU pada Muktamar setahun berikutnya,” urainya. (Aryudi AR).