Nasional TWEET TASAWUF

KH Luqman Hakim Jelaskan Esensi Berdakwah

Rabu, 5 September 2018 | 06:45 WIB

KH Luqman Hakim Jelaskan Esensi Berdakwah

KH M. Luqman Hakim (istimewa)

Jakarta, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor, Jawa Barat KH M. Luqman Hakim menjelaskan esensi berdakwah yang saat ini mulai melenceng dari tujuan sesungguhnya. Dewasa ini tidak sedikit dakwah yang hanya menjadi tontonan, bukan tuntunan.

Menurut Direktur Sufi Center Jakarta ini, dakwah justru akan menjadi penghalang atau hijab antara Allah dengan hamba jika disampaikan dengan nafsu. Dakwah juga bisa jadi destruksi peradaban bila disampaikan dengan tidak beradab secara lahir dan batin.

“Dakwah akan kehilangan Cahaya-Nya jika kebodohan dan hawa nafsu jadi sumbernya,” ujar Kiai Luqman dikutip NU Online, Rabu (5/9) lewat twitternya.

Berikut esensi dakwah yang diungkapkan KH Luqman Hakim lewat akun twitter pribadinya @KHMLuqman:

#Dakwah 1
Dakwah itu bukan tontonan. Nanti jadi narsis, hilang tuntunan.
Dakwah juga bukan industri. Nanti jadi bisnis.
Dakwah bukan penggalangan massa. Nanti jadi politis.
Dakwah bukan status. Nanti jadi profesi dan karir.
Dakwah bukan fakultas. Nanti jadi akademis.

#Dakwah 2
Nabi berdakwah, mengajak menuju Allah SWT. Bukan mengajak pada dunia atau alam.
Sufi berdakwah menuju Jalan Tuhan, dengan hikmah dari Cahaya-Nya 
Ulama berdakwah dengan Ilmu-Nya dan wacana Kebajikan-Nya.
Pemimpin d cendekia berdakwah dengan logika-argumen yang lebih baik.

#Dakwah 3
Seluruh alam semesta, baik semesta fisika, semesta metafisika, dunia dan akhirat hanyalah media bagi dakwah agar mengenal siapa Pencipta dan siapa sebenarnya diri anda, dan bagaimana hubungan anda dengan Pencipta dan hubungan dengan sesama Ciptaan-Nya. Kenapa harus heboh?

#Dakwah 4
Dakwah bisa jadi hijab antara hamba dengan Allah jika disampaikan dengan nafsu.
Dakwah bisa jadi destruksi peradaban bila disampaikan dengan tidak beradab secara lahir dan batin.
Dakwah akan kehilangan Cahaya-Nya jika kebodohan dan hawa nafsu jadi sumbernya.

(Fathoni)