Jakarta, NU Online
Mantan anggota Majelis Pembina Nasional (Mabinas) Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) Amsar A. Dulmanan tidak mempermasalahkan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sering mengadakan demonstrasi.Â
Namun, ia berharap, sebelum mengadakan demonstrasi, aktivis PMIIÂ harus mempersiapkan diri terlebih dahulu agar tidak menjadi alat legitimasi oleh sebagian pihak.Â
"Sekarang yang terjadi karena digunakan dari kepentingan di luar organisasi yang pragmatis, akhirnya belum matang sudah menjadi alat legitimasi dari kepentingan pragmatis," jelasnya beberapa hari yang lalu di Gedung PBNU, Jakarta Pusat.Â
Akibat dari kepentingan pragmatisme itu, menurut pria yang kini aktif menjadi dosen di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta itu, aktivis PMII tidak melakukan tingkah laku sosial yang didasari atas kaidah-kaidah Nilai Dasar Pergerakan (NDP), tetapi lebih kepada tarikan-tarikan pragmatis dari segelintir elit yang diuntungkan.Â
Bang Amsar, demikian pria tersebut karib disapa, mengingatkan aktivis PMII agar menjalankan mabadi khaira ummah al-khamsah yang dicetuskan NU, yaitu As-Sidqu (benar atau tidak berdusta, al-amanah wal wafa bil ahd (menjalankan amanah dan menepati janji), at-ta'awun (tolong-menolong), al-'adalah (keadilan), dan al-istiqamah (konsistensi)Â
"Dia (aktivis PMII) punya tanggung jawab profetik, kenabian, dan kerasulan. Dia ditempatkan oleh Allah sebagai khalifah, wakilnya di organisasi PMII, di masyarakat, di mana ada wilayah, (dan) juga di komunitas di basis terkecil," jelasnya.Â
Pada Selasa, 17 April 2018, PMII sebagai organisasi yang lahir dari perut Nahdlatul Ulama (NU) berumur 58 tahun. Dikabarkan, PB PMII memperingati Hari Lahir (Harlah) yang ke-58 tersebut di Bandung, Jawa Barat dan akan dihadiri Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. (Husni Sahal/Fathoni)