Banyuwangi, NU Online
Sukses menjadi peringkat satu Liga Santri Nasional (LSN) 2016 Regional V Jawa Timur, tim tuan rumah Darussalam FC, siap merebut juara tingkat nasional. Pada laga final Senin (5/9/2016) kemarin, Darussalam FC berhasil membekuk Al Mubarok FC, Jember, dengan skor tiga gol tanpa balas.
Mental juara kesebelasan santri pondok pesantren Darussalam Blokagung, Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi itu, terbentuk secara alami berkat lima hari laga, mulai 1 hingga 5 September 2016, yang berjalan lancar dan aman.
"Untuk bertanding ke tingkat nasional di Jogjakarta, kita tetap akan menggunakan pemain yang ada. Karena kita sangat menghargai jerih payah para santri hingga bisa menjadi juara," aku pengasuh pondok Darussalam, KH Ahmad Munib Syafaat, Rabu (7/9/2016).
Dalam pematangan skill pemain, pondok terbesar di Bumi Blambangan itu, juga akan memaksimalkan potensi yang dimiliki. Misal, dalam pemilihan pelatih, yang digunakan adalah hasil seleksi dari kalangan guru olahraga setempat.
Kenapa tidak memilih mencari dari luar? Karena jawab Gus Mujib, begitu dia dipanggil, ingin tetap menjaga kemurnian dari Liga Santri. Selain fokus pada pemain, Gus Munib, selaku Koordinator LSN 2016 Regional V Jawa Timur, juga tengah melakukan evaluasi terhadap kepanitiaan laga sebelumnya.
Gus Mujib mengakui, bahwa memang terdapat permasalahan dalam perjalanan laga LSN 2016 Regional V Jawa Timur. Yang paling mencuat adalah dugaan kesalahan pemberian sanksi oleh wasit Junaidi, dalam pertandingan seperempat final antara Nuris FC, Jember melawan Al Badry, Jember.
Sedang untuk aksi anarkis katanya, yang sampai melibatkan santri atau pemain, tak satu pun terjadi perilaku anarkis. Yang ada, hanya sejumlah suporter non santri yang marah akibat tim idolanya harus mengalami kekalahan. Itupun tak sampai mengakibatkan bentrok fisik. "Demi kesuksesan Liga Santri tahun selanjutnya, semuanya kita evaluasi," cetusnya.
Selama laga LSN 2016 Regional V Jawa Timur, di lapangan Ponpes Darussalam Blokagung, Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi, memang nampak berbeda dari pertandingan sepak bola pada umumnya. Saat diganjar kartu atau mendapat teguran keras wasit, pemain bukannya marah, tapi malah cium tangan si wasit.
Dan yang paling patut diacungi jempol, untuk persiapan pertandingan, pemain tidak hanya melakukan latihan fisik. Tapi juga dengan doa dan amalan serta didorong untuk mengambil wudhu dan melaksanakn shalat malam sebelum bertanding. "Harapan kita, Liga Santri akan mampu mencetak pemain handal dalam persepak bolaan Indonesia," pungkas Gus Munib. (Red: Fathoni)