Jakarta, NU Online
Isu tingginya jumlah mahasiswa yang terpapar radikalisme sebagaimana disampaikan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan beberapa waktu lalu, tidak membuat Lembaga Perguruan Tinggi PBNU khawatir.
PBNU menilai mahasiswa yang radikal berasal dari luar kampus-kampus NU.
"Sampai hari ini tidak ada laporan bahwa ada gerakan radikal di kampus-kampus milik NU," ujar Wakil Ketua Lembaga Perguruan Tinggi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTN PBNU) di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Senin (30/4).
Menurut Afifi, LPT PBNU mempunyai beberapa cara dalam mencegah mahasiswa dari paham radikal.
Pertama, perguruan tinggi NU menciptakan iklim kekeluargaan sebagaimana yang diajarkan dalam prinsip-prinsip Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) seperti moderat.
Kedua, Aswaja menjadi kurikulum wajib di kampus-kampus NU. "Itu salah satu ikhtiar pokoknya sebagai branding dan juga semua kewajiban dari semua perguruan tinggi di bawah Nahdlatul Ulama," katanya.
Ketiga, LPT PBNU selalu memberikan pemahaman moderat kepada pemangku kepentingan, mulai rektorat, pihak manajemen hingga dosen, bahkan perguruan tinggi NU telah mendeklarasikan diri sebagai kampus yang moderat. (Husni Sahal/Abdullah Alawi)