Malam Ini, Pagelaran Wayang Kulit di Pendopo Sidoarjo
Jumat, 24 Mei 2013 | 08:36 WIB
Sidoarjo, NU Online
Dakwah Islam di tanah air tidak dapat dipisahkan dari pendekatan budaya. Lewat sentuhan inilah akhirnya Islam demikian dekat dan menjadi agama mayoritas dengan tanpa menimbulkan benturan apalagi pertumpahan darah.
<>
Dalam rangka mengenang dan menguatkan kembali nilai-nilai kebudayaan dalam ajaran Islam, malam ini (24/5) diselenggarakan pagelaran wayang kulit dengan lakon "Ditemukannya Kembali Jamus Kalimasada" dengan dalang kondang yakni Ki Entus Susmono.
Kepada sejumlah media, H Ahmad Sujono yang bertindak sebagai Wakil Ketua Panitia Konferwil menandaskan bahwa kegiatan sengaja diletakkan di Pendopo Pemerintah Kabupaten Sidoarjo sebagai simbol kedekatan pemerintah dengan rakyat.
"Karena pada hakikatnya kekuasaan adalah dari kepercayaan rakyat," kata Haji Jono, sapaan akrabnya.
Demikian juga, kegiatan yang akan dimulai sejak jam 20.30 WIB itu membawa pesan bahwasanya NU tidak akan pernah bisa dilepaskan dari budaya.
"Justru dengan pendekatan budaya inilah, akhirnya Islamisasi yang terjadi di tanah air tidak menimbulkan gejolak apalagi pertumpahan darah," kata Wakil Sekretaris PWNU Jatim ini.
"Akulturasi budaya adalah kunci penting suksesnya menyebar Islam di Indonesia," ujarnya. Dan seni wayang adalah media yang cukup efektif dalam menyebarkan Islam.
Nilai filosofis dari kegiatan ini adalah bahwa di tengah suasana masyarakat yang penuh dengan hedonisme, mementingkan kepentingan sendiri sehingga kian merebaknya kecenderungan kehidupan duniawi, maka sentilan dari Ki Entus diharapkan mengembalikan kesadaran umat Islam.
"Merebaknya skandal wanita, tahta dan harta selama ini adalah bukti kongkrit bahwa umat Islam semakin jauh meninggalkan makna esensial dari Kalimat Syahadat atau Kalimasodo," ujarnya.
"Bisa jadi, Kalimat Syahadat telah lama diikrarkan, namun dalam praktiknya kesaksian itu hambar dan jauh dari harapan yang diinginkan," lanjutnya.
Diambilnya tema "Ditemukannya Kembali Jamus Kalimasada" memberikan pesan kepada umat Islam agar kembali kepada ikrar awal dalam rukun Islam," terangnya. "Sehingga dengan ditemukannya nilai esensial kalimat syahadat, maka diharapkan umat Islam menjadi panutan bagi tersebarnya agama yang penuh dengan nilai-nilai kebaikan dan keluhuran," pungkasnya.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Syaifullah
Terpopuler
1
Kemenhub Sediakan Mudik Gratis via Jalur Darat dan Laut, Berangkat 26-28 Maret 2025
2
Kultum Ramadhan: Keutamaan Shalat Tarawih dan Witir di Bulan Ramadhan, Meraih Ampunan dan Pahala
3
Kultum Ramadhan: Rahasia Doa Mustajab di Bulan Puasa
4
Rumah Allah di Negeri Ginseng: Kisah Masjid Al-Ihsan Waegwan
5
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 155: Menghadapi Musibah dengan Keimanan dan Ketabahan
6
Investor Amerika Beri Masukan soal Danantara ke Presiden Prabowo
Terkini
Lihat Semua