Nasional

Manfaatkan Potensi Kader NU di Luar Negeri, Muktamar Ke-34 Perlu Susun Peta SDM

Jumat, 12 November 2021 | 02:00 WIB

Manfaatkan Potensi Kader NU di Luar Negeri, Muktamar Ke-34 Perlu Susun Peta SDM

Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI PBNU) KH Abdul Ghaffar Rozin (Gus Rozin). (Foto: Tangkapan layar)

Jakarta, NU Online 
Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI PBNU) KH Abdul Ghaffar Rozin (Gus Rozin) menegaskan, NU masih memiliki pekerjaan rumah, termasuk upaya mengelola potensi kader-kader NU yang sedang belajar di luar negeri dengan baik. Ia berharap ke depan hal itu akan menjadi perhatian bersama.


Menurutnya, saat ini banyak para santri yang belajar di luar negeri, bahkan tidak jarang pula yang sudah mengajar di sana. Mereka memiliki kompetensi yang mumpuni. Namun, selama ini NU belum memiliki data konkret terkait santri-santri tersebut. Padahal ini bisa menjadi potensi besar bagi NU untuk memanfaatkan sumber daya dari kader-kader Nahdliyin sendiri.


Berangkat dari persoalan di atas, Gus Rozin sangat berharap di Muktamar ke-34, NU sudah mendata santri-santri yang belajar di luar negeri tersebut.


“Kami sangat berharap Muktamar nanti bisa membuat peta sumber daya NU, terutama para santri yang di luar negeri. Berapa ribu santri yang sedang belajar di luar negeri. Dari berapa ribu itu, berapa ratus yang mengajar, berapa yang doktor, berapa profesor, bidangnya apa saja, dan seterusnya,” katanya dalam seminar web Road to Muktamar NU Ke-34 Seri 1, Rabu (10/11/2021). 


Jika data tersebut sudah terpetakan dengan rapi, maka, tentu akan lebih memudahkan NU bila suatu saat membutuhkan. Kader-kader NU yang sedang berada di luar negeri tersebut bisa dipanggil ke Indonesia.


“Kalau NU secara masif, taktis, strategis menyapa kader-kader NU yang berada di luar negeri, dan kita mempunyai petanya, maka kapanpun kita membutuhkan tenaga apapun, bisa mengundang mereka pulang. Tentunya dengan jaminan dan kesejahteraan supaya mereka lebih nyaman ketika berada di Indonesia,” ujar Gus Rozin.


Dalam webinar yang diselenggarakan oleh NU Online bekerja sama dengan Universitas Nahdlatul Ulama (Unusia) tersebut, Gus Rozin mengungkapkan bahwa pihaknya sudah mencoba mengajak para santri yang sudah mengajar di luar negeri dengan mengundangnya untuk menjadi pemateri pada internasional webinar di Hari Santri 2021 kemarin.


“Kalau mengundang para santri yang sedang belajar di luar negeri itu sudah sering. Tapi kalau mengundang santri yang sedang mengajar di luar negeri, ini masih jarang,” ungkap Gus Rozin.


Manfaatkan sumber daya Nahdliyin

Selain memanfaatkan sumber daya dari kader-kader NU yang sudah mapan secara intelektual di luar negeri, Gus Rozin juga mengimbau agar NU mampu memanfaatkan sumber daya warga Nahdliyin secara umum.


“Dengan jumlah warga Nahdliyin yang sudah mencapai 110 juta jiwa, seharusnya mampu menjadi peluang sumber daya struktural yang potensial. Masalahnya adalah bagiamana cara kita memompa kreativitas dan mengelola potensi anak-anak muda Nahdliyin dengan baik,” ujar Gus Rozin.


Gus Rozin mencontohkan, salah satu pemanfaatan sumber daya itu bisa dalam bentuk iuran sebesar seribu rupiah per bulan untuk tiap-tiap warga NU dan hasilnya digunakan untuk kemandirian organisasi.


“Kalau berjalan dengan lancar, ini sudah bisa menjadi daya bagi NU untuk lebih mandiri dalam menjalankan program-program organisasi,” imbuhnya.


Bangun kesadaran geopolitik

Pada kesempatan itu, Gus Rozin juga berpesan agar para santri memiliki kesadaran politik, terutama tentang geopolitik. Dengan bekal kesadaran ini, para santri akan mampu menangkap isu-isu politik dengan utuh. Dengan begitu, santri tidak mudah dipengaruhi oleh tatanan politik yang sedang terjadi.


“Walaupun Nahdliyin, terutama pesantren belum bisa melakukan apa-apa secara global, tetapi harus bisa memahami geopolitik. Sehingga mereka mampu memahami isu-isu di luar negeri, isu-isu yang berkaitan dengan politik, isu-isu yang asalnya politik kemudian bergeser ke pergesekan isu-isu keagamaan dan isu-isu lainnya,” pungkas Gus Rozin.


Kontrtibutor: Muhamad Abror
Editor: Syamsul Arifin