Nasional

Masyarakat Diminta Cerdas Menggunakan Medsos

Jumat, 29 Maret 2019 | 19:30 WIB

Jakarta, NU Online

Dalam era informasi digital yang serba cepat ini, masyarakat diminta berperilaku arif atau cerdas dalam menggunakan media sosial agar tidak mudah menyebarkan berita bohong atau hoaks yang dapat memecah persatuan dan persaudaraan yang ada di masyarakat. Kemunculan media online yang massif ini oleh seorang peneliti dari Australia Ross Tapsell disebut mengurangi tingkat kepecayaaan pada media mainstream.

Karena seluruh masyarakat pengguna internet saat ini justru dapat berperan sebagai produsen informasi di medsos. Sayangnya, keadaan ini banyak dimanfaatkan individu dan kelompok yang tidak bertanggung jawab dengan memproduksi konten hoaks. 

Dalam konteks ini diperlukan terus mengklarifikasi informasi yang didapat dari media sosial atau website yang tidak memiliki kredibilitas. “Masyarakat pengguna medsos sebaiknya tidak terburu-buru mengirimkan informasi yang diterimanya dalam menghadapi isu terkini yang diterimanya,” ujar produser film, Annisa Putri Ayudya beberapa waktu lalu.

Ia kerap mendapati informasi hoaks mengenai berbagai hal termasuk tentang bencana. Ia mencontohkan, informasi soal barang bantuan yang terlambat dikirimkan ke lokasi bencana yang masih sering terjadi. Informasi demikian, menurut dia, melahirkan kebingungan di kalangan masyarakat bahkan bisa memancing kegaduhan.

“Oleh karenanya penting sekali agar akun sosmed resmi dikelola terus menerus secara rutin juga sehingga masyarakat tahu betul kemana harus mengecek ulang informasi informasi yang beredar di internet maupun di medsos, agar tidak menimbulan hoaks yang akhirnya dapat meresahkan dan memprovokasi masyarakat,” katanya.

Dalam temuan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), konten mengenai bencana merupakan salah satu jenis konten yang kerap menjadi bahan informasi hoaks. Konten lain yang kerap ‘dihoakskan’ adalah politik, agama, kesehatan, dan pemerintahan.

Di samping itu, Mafindo juga mengungkapkan bahwa kelompok perempuan rentan dalam menerima dan menyebarkan hoaks dibanding laki-laki, khususnya terkait pada isu yang berkaitan dengan kesejahteraan hidup. (Ahmad Rozali)