Nasional ISOMIL

Melalui Al-Syami, Ini Pesan Taufiq Ramadhan Al-Buthi Terkait Isomil

Selasa, 10 Mei 2016 | 02:00 WIB

Jakarta, NU Online
Konferensi internasional bernama International Summit of The Moderate Islamic Leaders (Isomil) yang digelar Nahdlatul Ulama (NU), Senin-Rabu (9-11/5) di Gedung JCC Senayan Jakarta mendapat perhatian ulama Suriah Syekh Taufiq Ramadhan Al-Buthi. Hal ini ia sampaikan langsung melalui organisasi Alumni Suriah Indonesia (Al-Syami).

Sekretaris Al-Syami Muhammad Najih Arromadloni yang hadir dalam kegiatan Isomil ini menyampaikan pesan Taufiq Al-Buthi. Dia menerangkan bahwa Al-Buthi sangat mengapresiasi kegiatan Isomil. Ketika mendapat undangan, Al-Buthi langsung mengonfirmasi bisa hadir. 

“Tetapi di waktu yang sama, ternyata beliau harus menghadiri forum internasional serupa di Rusia,” jelas Najih, Senin (9/5) yang senantiasa mendampingi Taufiq Al-Buthi setiap berkunjung ke Indonesia. 

Al-Buthi sendiri menilai penting kegiatan dengan tujuan menciptakan dunia dengan kondisi yang damai di tengah terorisme global. Sebab itu, putra Syekh Said Ramadhan Al-Buthi ini mendukung dan memberikan perhatian penuh terkait kegiatan Isomil, salah satunya tentang Islam Nusantara yang menjadi tema besarnya.

Islam Nusantara dalam pandangan Taufiq Ramadhan Al-Buthi 

Najih yang hadir bersama Ketua Al-Syami Fathir Hambali menjelaskan, Taufiq Al-Buthi sendiri mempunyai perhatian dan pendapat tentang Islam Nusantara. Bagi Al-Buthi, Islam Nusantara sudah diketahuinya ketika NU menggelar Muktamar ke-33 di Jombang tahun 2015 lalu. Ia sendiri tertarik Islam Nusantara yang pada akhirnya membuat dia banyak belajar dari karakter khas Islam di Indonesia tersebut.

Taufiq Al-Buthi menjelaskan, jika Islam Nusantara memberi pemahaman dan mengajak masyarakat untuk mencintai negara, tidak anti-budaya, dan menjaga tradisi-tradisi yang baik, tentu pemahaman demikian sangat baik dan tidak ada masalah. Apalagi di tengah merebaknya paham-paham keagamaan radikal yang cenderung anti-perbedaan, memberangus tradisi baik di tengah masyarakat, serta berupaya mereduksi kesatuan dan ideologi bangsa.

“Saya ini adalah muslim yang sangat mencintai negara saya. Apa yang kurang, bapak saya meninggal karena tindakan ekstremisme dan anak saya juga menjadi korban. Dari kasus ini, saya tidak akan meninggalkan negara saya. Saya bisa saja kontra dengan pemerintah dan menerima tekanan mereka untuk pindah negara dengan jaminan materi dan hidup aman. Tetapi saya tidak akan meninggalkan negara saya dengan kondisi seperti ini,” papar Taufiq Al-Buthi seperti dijelaskan Najih.

Itulah inspirasi yang didapat oleh Taufiq Al-Buthi terkait konsep Islam Nusantara yang sangat sejalan dengan idealismenya untuk selalu mencintai tanah air. Islam Nusantara untuk konteks Timur Tengah saat ini sangat penting karena kecintaan pada tanah air di kawasan tersebut sedang mengalami krisis. Hal ini disebabkan karena berkemabangnya ideologi radikalisme.

“Atau yang beliau (Taufiq Al-Buthi, red) sebut sebagai ideologi jamaah tatharruf,” jelas Najih. 

Syekh Taufiq Ramadhan Al-Buthi merupakan Ketua Persatuan Ulama Suriah. Terkahir datang ke Indonesia ketika menghadiri rangkaian kegiatan Silaturrahim Nasional Al-Syami pada pertengahan Maret 2016 lalu. Guru Besar Fakultas Syariah Universitas Damaskus ini sangat familiar dengan peci hitam khas nusantara yang senantiasa ia kenakan, baik saat bekunjung ke Indonesia, ke negara lain, maupun di negaranya sendiri. (Fathoni)