Mimika, NU Online
Perjuangan dan khidmah kepada Nahdlatul Ulama memang harus dilaksanakan secara istiqamah, semangat pantang menyerah, dan keberanian menambil risiko.
Hal ini dirasakan oleh para penggerak dan pengurus NU di akar rumput di Kabupaten Mimika, Papua, khususnya Jamaah Istighatsah An-Nahdliyyah, yang kondisi keamannya dalam status mengkawatirkan. Menyambut tahun baru Islam 1441 H di tengah suasa tegang, nahdliyin Mimika tetap menggelar kegiatan.
Berikut catatan kontributor NU Online, Sugiarso dari Mimika. Surat elektronik baru bisa dikirim Jumat (13/9) karena adanya pembatasan penggunaan internet.
Sambut Tahun Baru
Kegiatan dimulai di Masjid Al-Ikhlas, Kampung Kadun Jaya, KM10 pada Sabtu (31/8), sebelum Maghrib dengan menggelar mujanat doa akhir tahun. Acara doa dipimpin oleh Mbah Saean, sesepuh NU dari Wonosari Jaya.
Bakda Shalat Magrib Mbah Saean melanjutkan memimpin munajat doa awal tahun. “Alhamdulillah kita bisa mengakhiri dan mengawali tahun di tempat mulia, yakni di masjid. Semoga semua dosa kita tahun yang sudah lewat diampuni Alla dan tahun ini kita bisa beramal yang lebih baik,” katanya usai mengantarkan doa awal tahun.
Acara dilanjutkan dengan khataman bin nadhar edisi 4. Hadir dalam kegiatan ini, pengurus Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama SP2, jamaah Kampung Mwuare, dan dari Kota Timika. Khataman menggunakan mushaf per juz. Ada sebagian juz yang bisa dibaca oleh lebih dari satu orang, khususnya jamaah yang bacaannya belum lancar. Dalam khataman ini, sebagian jamaah membawa takir janur kuning untuk menyambut Muharram.
Bakda Isya acara dilanjutkan dengan istighotsah yang dipimpin oleh Ustadz H Fadlan, Ketua Perwakilan Metode Belajar Membaca Al-Qur’an An-Nahdliyyah Cabang Mimika dengan singkat namun khusyuk.
“Kita baca singkat namun berupaya untuk khusyuk mengingat malam ini banyak acara yang bersamaan,” terangnya. Acara dilanjutkan dengan tausiyah oleh Ustadz Abdul Aziz utusan dari Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi Jawa Timur.
“Makna sirathal mustaqim itu bukan jalan yang lurus kenceng tanpa berkelok-kelok seprti jalan tol. Namun maksudnya kita berjalan di dalam dan mengikuti alur jalan. Jika jalannya belok kiri, ya belok kiri. Bukan lurus terus saja malah akhirnya keluar jalan dan menabrak sesuatu di luar jalan. Maknanya kita berjalan di dalam koriodor syariat dan tuntunan para salafus shaleh,” urai ustadz bujang yang membantu mengajar di Pondok Pesantren Darussalam Mimika.
Pembacaan permintaan doa dari para jamaah untuk berbagai macam hajat dibacakan oleh Ketua Pengurus Pondok Pesantren Darussalam Mimika, Sugiarso.
“Alhamdulillah infak spontan malam ini yang terkumpul 1 juta lebih untuk kemakmuran masjid dan Pondok Darussalam,” terangnya saat mengumumkan hasil infak spontan. Selesai pembacaan doa jamaah dilanjutan dengan penyampaian hajat malam 1 Muharam.
“Malam ini jamaah ada yang sedekah dalam bentuk takiran artinya panataning pikir atau penataan pikiran sebagai simbol permohonan semoga tahun baru ini pikiran kita menjadi lebih tertata, tidak semrawut,” urainya.
Menurutnya, ada waktu bekerja, ibadah, ada waktu keluarga dan sebagainya. Takir dibungkus dengan janur kuning artinyasajatinin nur, yakni Rasulullah SAW. Janur berwarna kuning artinya cahaya atau luhur atau tenang.
“Semoga kehidupan kita di tahun baru menjadi cahaya orang lain, mendapatkan ketenangan dan keluhuran akhlak,” urai Sugiarso yang juga penggelut sastra dan budaya Jawa ini.
Acara doa dipimpin oleh Ustadz Hasan dari Kampung Mwuare dan ditutup dengan potong tumpeng oleh H Mansyur selaku wakil tuan rumah.
Banyak Kegiatan
Malam tahun baru juga diisi dengan pengesahan anggota baru Perguruan Pencak Silat Pagar Nusa Mimika yang diadakan di halaman Masjid An-Nur, Soponyono, Kampung Wonosari Jaya. Dalam acara ini diisi dengan atraksi berpasangan dan kelompok para pedekar Pagar Nusa dan penyerahan sertifikat anggota oleh Ustadz Muhajir sebagai salah satu dewan guru Pagar Nusa Mimika.
Acara juga diisi dengan pengajian oleh Ustadz Hasyim Asy’ari dari Pesantren Darussalam Mimika, Kampung Mwuare.
“Tugas Pagar Nusa adalah menjaga kiai, masyarakat, dan negara. Pagar Nusa adalah pagarnya Nusantara, pagar NKRI,” tegasnya.
Menurutnya para muassis atau pendiri NU adalah pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional. “Kalian harus memperkuat pemahaman masalah NU agar kokoh dalam berpegangan kepada Aswaja An-Nahdliyah,” urainya.
Ahad (1/9) pagi atau satu Muharram, remaja NU yang tergabung dalam IPNU IPPNU Ranting Wanagon SP2 mengadakan kegiatan bazar kuliner nusantara. Momen ini untuk memanfaatkan kegiatan tabligh akbar warga Paguyuban Seruling Emas yang menghadirkan muballighah Mumpuni Handayayekti, pemegang Aksi Indosiar asal Cilacap.
Tiga buah tenda kerucut dan dua buah tenda payung disiapkan untuk kegiatan bazar ini.
Pewarta: Sugiarso
Editor: Ibnu Nawawi