Jakarta, NU Online
Di antara karakter manusia ialah mengeluhkan dan membanggakan sesuatu, termasuk dalam hal amal perbuatan. Ada orang romantik yang bangga dengan keburukan masa lalu. Begitu juga sebaliknya, ada seseorang yang bangga dengan amal-amal baiknya.
Terkait dua karakter tersebut, Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor, Jawa Barat KH M. Luqman Hakim menjelaskan, orang romantik tersebut bertujuan untuk mendapatkan simpati orang lain. Namun, perilaku tersebut tak ubahnya hanya hawa nafsu yang dipelihara.
“Ada orang yang romantik dan bangga dengan keburukan masalalu. ‘Ah aku ini banyak dosa, masalaluku buruk, dan sebagainya, disampaikan tiap ketemu orang agar dapat simpati. Itu semua tidak lebih dari hawa nafsu yang dipelihara,” ucap Kiai Luqman dikutip NU Online, Selasa (19/2) lewat twitternya.
Dampak dari perbuatan tersebut, menurutnya, ialah seseorang menjadi tukang mengeluh, bahkan bisa timbul kerap menyalahkan orang lain.
“Akhirnya menjadi tukang mengeluh dimana-dimana dan menyalahkan sana-sini,” jelas Direktur Sufi Center ini.
Juga tak kalah narsisnya mereka yang setiap hari bangga dengan amal-amal baiknya, menyombongkan ibadahnya, dan merasa hebat perannya.
“Biasanya orang ini mudah tersinggung jika ada kritik kepadanya. Padahal ia selalu galau, karena takut cacatnya muncul. Ini sudah paranoid spiritual,” ujar Kiai Luqman. (Fathoni)