Pekalongan, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mengapresiasi terselenggaranya Konferensi Ulama Intenasional Bela Negara di Pekalongan 27-29 Juli 2016. Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini menilai bahwa apa yang digagas oleh Jamiyyah Ahlith Thoriqoh Mu’tabaroh An-Nahdliyyah sangat tepat di tengah semakin memudarnya nilai-nilai nasionalisme di masyarakat.
Saat memberikan sambutan dalam acara tersebut Helmy berpendapat bahwa konferensi ulama internasional tersebut memiliki tiga nilai utama: Pertama, konsepsi cinta tanah air sebagaian dari iman merupakan platform yang terus dijadikan landasan para ulama untuk memberikan asupan semangat kepada generasi muda untuk lebih memiliki semangat mencintai tanah airnya.
“Terlebih relasi iman dengan cinta tanah air sangat erat kaitannya. Hal itu terlukis sebagaimana surat At-Tin yang dalam salah satu ayatnya menyebut wa hadza baladil amin (dan demi kota/negeri yang aman ini),” katanya.
Kedua, Islam Nusantara, sebagaimana Islam yang dibawa oleh Walisongo sangat akomodatif dan kompromistis terhadap budaya lokal. Ini adalah bukti faktual bahwa Islam tersebut bersifat rahmatan lil aalamin.
Ketiga, ulama-ulama dan habaib di Indonesia umumnya memilih untuk menggunakan jalan dakwah yang santun dan ramah. “Metode dakwah seperti ini tentu sangat lebih efektif dibandingkan metode dakwah lainnya semisal dengan cara memaksakan kehendak,” tandasnya. Red: Mukafi Niam