Jakarta, NU Online
Meyakini segala sesuatu hanya dari Allah dan akan kembali hanya kepada Allah SWT akan membuat manusia lebih mudah bertawakal kepada-Nya. Sebaliknya, jika manusia tak memahami prinsip tersebut, maka akan sulit tawakal.
Hal itu ditegaskan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor, Jawa Barat KH M. Luqman Hakim. Proses berhasilnya tawakal ini menurutnya akan berdampak positif pada kesabaran dan rasa syukur.
“Selama Anda tidak memahami bahwa segala sesuatu itu dari Allah dan kembali pada Allah, Anda akan sulit tawakal. Maka Anda pun sulit sabar lalu sulit bersyukur,” ujar Kiai Luqman dikutip NU Online, Rabu (13/3) lewat twitternya.
Direktur Sufi Center itu menyebut, ketika manusia sudah merasa sulit untuk tawakal, sabar, dan syukur, maka yang terjadi ialah manusia hidup dengan imajinasinya sendiri yang terus menyiksa.
“Anda akan hidup dengan imajinasi Anda sendiri yang terus menyiksa batin Anda. Ketakutan dan kegelisahan terus membayangi,” tegas penulis buku Filosofi Dzikir ini.
Ia mengajak untuk merenungkan urutan ini: siapa yang tak kenal rahasia "Segala sesuatu datang dan kembali kepada Allah", maka ia tak bisa tawakal. Siapa yang tak bertawakal, maka tak bisa sabar. Siapa yang tak sabar, maka sulit bersyukur.
“Siapa yang tak bersyukur sulit Ridho. Siapa tak punya Ridho sulit husnudzon kepada Allah,” tandas Kiai Luqman. (Fathoni)