Peran NU dalam Menjaga Kesehatan Masyarakat
Jumat, 29 Agustus 2014 | 07:18 WIB
Oleh HM Misbahus Salam
--Pada 21 Agustus 2014 lalu, penulis mengikuti acara bedah “Buku Pintar Penanggulangan Tuberkulosis Kupasan para Kiai” dan “Panduan Penanggulangan Aids, Perspektif NU" yang diselenggarakan oleh PP LKNU (Lembaga kesehatan Nahdlatul Ulama)<> di lantai 8 gedung PBNU dengan narasumber; Wakil Menteri Kesehatan RI, Bapak Ali Ghufron Mukti, Katib Syuriyah PBNU, KH. Afifuddin Muhajir dan Sekretaris PP. RMI, KH. Miftah Faqih.
Dalam pemaparannya Wakil menteri Kesehatan Ali Ghufron menyampaikan bahwa pemerintah sudah membuat kebijakan agar beberapa penyakit tertentu seperti penyakit Tuberkulosis pengobatannya gratis. Dengan demikian kita perlu mensosialisasikan bagi masyarakat yang terkena penyakit HIV, Tuberkulosis dan lainnya agar segera ke rumah sakit untuk diobati tanpa ada rasa putus asa.
Kemudian KH Miftah Faqih menyoroti tentang penyebab timbulnya penularan penyakit, dan bagaimana menurut ajaran Islam. Ada tiga kaidah pengobatan penyakit dalam Islam ; 1. Hifdhu al-shihhah (Menjaga kesehatan), 2. Al-himyatu ani al-mu’dzii (Melindungi diri dari hal-hal yang dapat menimbulkan penyakit), 3. Istifraghu al-mawadi al-faasidah (Mengeluarkan unsur-unsur yang merusak badan). Sedangkan pencegahan (preventif) Tuberkulosis dengan beberapa cara :
1. Awali pencegahan dengan informasi yang tepat
Upaya pencegahan TB pertama dan utama adalah pemberian informasi yang tepat kepada masyarakat tentang penyakit TB, baik sebab-sebabnya maupun bahayanya. Usaha-usaha ini dapat dilakukan melalui khutbah, pengajian, ceramah agama, lokakarya, dan sosialisasi dari lembaga-lembaga keagamaan yang memegang peranan penting. Pencegahan penyebaran virus TB dapat dilakukan melalui sentuhan nilai-nilai universal dan kemanusiaan. Misalnya firman Allah dalam surat Al-Baqarah : 195 artinya : (Jangan ceburkan dirimu dalam kebinasaan, berbuat baiklah karena Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik ). Juga hadis Nabi : La dharara wa la dhirar (tidak diperbolehkan menyengsarakan diri sendiri dan menimbulkan kesengsaraan terhadap orang lain). Dan juga kaidah fiqh yang kemukakan oleh Imam Jalaluddin as suyuthi : Al dhararu yuzalu (bahaya itu harus dihilangkan
2. Pola hidup bersih dan sehat
Kesehatan meliputi kesehatan fisik, kesehatan mental, dan kesehatan masyarakat. Hal ini dapat dipahami bahwa menjaga kebersihan bukan hanya menyangkut kebersihan badan dan pakaian saja yang bersifat personal, tetapi juga kebersihan lingkungan di masyaraakat. Demikian itu sebagaimana hadits yang sangat populer: Al-nadhafatu minal iman (kebersihan sebagian dari iman). Atau Al-thuhuru syatru al-iman (bersuci itu setengah daripada iman). Oleh karena itu, menjaga kebersihan adalah sebuah kewajiban dalam rangka merealisasikan kemaslahatan (jalb al-mashlahah) dan menceagah terjadinya kemuadaratan (daf’u al-madlarah). tujuannya adalah agar manusia dapat menjalankan tugasnya sebagai hamba sekaliguskhalifah Allah Swt di muka bumi ini dengan baik. Jika kondisi fisik manusia atau psikis seseorang tidak sehat tentu ia tidak akan dapat menunaikan tugas tersebut dengan baik.
3. Menjaga kesehatan
Perhatian Islam terhadap kesehatan manusia sangat besar, sejak dari penataan pola hidup yang sehat, upaya menghindari penyakit, menjauhi penularan wabah sampai kepada perintah untuk berobat. Kesehatan merupakan salah satu nikmat dan rahmat Allah SWT yang besar, yng terkadang banyak kita lalaikan. Demikian itu sebagaimana disampaikan dalam hadits Rasulullah SAW ; Ni’matani magbunun fihima katsirun minannas; al-shihah wa al-farag (ada dua nikmat yang didalamnya banyak orang tertipu yaitu ; sehat dan senggang) (HR. Bukhari). Dalam menjaga kesehatan Islam tidak hanya menganjurkan secara jasmani saja, gerakan rohani melalui doa dengan memohon kesehatan pada Allah SWT sangat dianjurkan.
Gagasan pemikiran yang disampaikan itu sangat sesuai dengan semangat para aktifis kesehatan. Sebab dengan dalil-dalil agama dan peran dari Nahdlatul Ulama yang memiliki jaringan hingga kepelosok desa missi dari pemerintah untuk menjaga kesehatan masyarakat akan mudah diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat.
Narasumber berikutnya disampaikan oleh Katib Syuriyah PBNU KH. Afifuddin Muhajir. Kiai Afifuddin yang juga wakil pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo banyak menyoroti dari sisi nilai-nilai tasawwuf. Menurut Kyai Afifuddin, ada tiga macam manusia ; 1. Al-Ahmaq (orang bodoh), dia memiliki prinsip hidup ; Ya’isyu liya’kula (hidup untuk makan), 2. Al-Aqil (orang berakal), dia berprinsip ; Ya’kulu liya’isya (makan untuk hidup), 3. Al-muslim (orang islam), berprinsip ; Ya’isyu liya’budallaha wahdah (hidup untuk menyembah Allah yang maha esa). Disisi lain manusia sebagai hamba Allah dan Khalifatullah. Sebagai hamba Allah manusia dituntut untuk beribadah kepada Allah SWT, dan sebagai khalifatullah manusia dituntut untuk menbangun peradaban dimuka bumi. Dalam konteks menjaga kesehatan anjuran dalam Islam sudah jelas, termasuk anjuran bersesuci dan menjaga kebersihan. Dan sebagai khalifatullah manusia dituntut menjaga kesehatan dan mengobati penyakit dengan penemuan obat-obatan yang sesuai dengan disiplin ilmu kedokteran.
Akan tetapi Islam lebih menekankan pada tindakan prefentif daripada kuratif. Dalil-dalilnya lebih qath’i, misalnya beberapa larangan agama ; jangan kencing di air yang tergenang, la taqrabu al -zina (jangan mendekati zina), kulu wasyrabu wa la tusrifuu (makan dan minumlah tapi jangan berlebih-lebihan). Larangan Allah SWT itu akan mengakibatkan timbulnya penyakit pada diri manusia.
Terkait penyakit, Kyai Afifuddin membagi dua ; jasmani dan rohani. Penyakit rohani lebih berbahaya daripada penyakit jasmani, karena berimbas pada kehidupan akhirat. Seseorang yang rohaninya tidak sehat, dia tidak akan beribadah pada Allah Swt. Oleh karena itu orang yang sehat jasmani belum tentu baik dihadapan Allah. Dan orang yang sakit jasmani harus dikasihani karena belum tentu itu kutukan dari Allah.
Kiai Afifuddin juga menanggapi pertanyaan dari salah satu peserta dialog yang menyatakan bahwa penyakit HIV karena akibat hubungan seksual dan maraknya pelacuran dan lokalisasi. Kyai Afif menjelaskan bahwa orang yang kena penyakit HIV belum tentu karena murka Allah akibat berzina, karena penyabab penyakit HIV bukan karena hanya hubungan seksual, tapi bisa melalui jarum suntik, tusuk gigi dari orang yang kena HIV, dan penularan lainnya. Terkait lokalisasi, memang ada kaidah ; Al-islamu baina al-mistaliyati wa al-waqi’iyyah (artinya : islam itu diantara idealitas dan realitas). Secara ideal lokalisasi ditutup dan perzinahan dilarang. Tapi realitas yang ada dibeberapa daerah Perzinahan dilokalisasi ada dan dimana-mana ada. Disinilah yang banyak menimbulkan penyakit menular. Sebenarnya ada obsi untuk pemerintah yaitu lokalisasi dilegalkan tapi perzinahan dimana-mana ditutup dan dilarang. Pendapat ini masih terdapat perbedaan diantara para kyai, dan yang terpenting bagaimana masyarakat tidak melakukan perzinahan karena itu termasuk yang menimbulkan penyakit jasmani maupun rohani.
Acara bedah buku kemudian ditutup oleh ketua Lembaga kesehatan PBNU, DR. dr. H. Imam Rasyidi, SpOG (K)Onk], bahwa NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia bahkan di dunia, sangat peduli terhadap masalah kesehatan dan kualitas hidup masyarakat di Indonesia, termasuk masalah Tuberculosis (TB). Nahdlatul Ulama secara proaktif melakukan berbagai upaya mobilisasi sumberdaya untuk merealisasikan kepedulian dalam upaya pengendalian TB secara obtimal. Kedua buku itu semoga bermanfaat untuk masyarakat.
HM Misbahus Salam, peserta bedah buku, pengasuh Yayasan Raudlah Darus Salam Jember, Wakil ketua PCNU Jember
Terpopuler
1
Didampingi SBY-Jokowi, Presiden Prabowo Luncurkan Badan Pengelola Investasi Danantara
2
Melihat Lebih Dalam Kriteria Hilal NU dan Muhammadiyah
3
LAZISNU dan POROZ Kirim Bantuan Rp6,45 Miliar untuk Kebutuhan Ramadhan Rakyat Palestina
4
Pemantauan Hilal Awal Ramadhan 1446 Digelar di 125 Titik, Jawa Timur Terbanyak
5
Amal Baik Sebelum Puasa: Saling Memaafkan dan Bahagia Menyambut Ramadhan
6
Aksi Indonesia Gelap, Upaya Edukasi Kritis terhadap Kondisi Sosial, Politik, dan Demokrasi
Terkini
Lihat Semua