Nasional

Sosialisasi Beasiswa PCINU Tiongkok Dipungkasi di UNU Mataram

Senin, 1 April 2024 | 10:00 WIB

Sosialisasi Beasiswa PCINU Tiongkok Dipungkasi di UNU Mataram

Roadshow Beasiswa dan Bedah Buku Santri Indonesia di Tiongkok di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Mataram. (Foto: dok PCINU Tiongkok)

Jakarta, NU Online

Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok merampungkan Roadshow Beasiswa dan Bedah Buku Santri Indonesia di Tiongkok di enam kota di enam provinsi Indonesia. Rangkaian kegiatan ini berakhir di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Mataram.


"Selama ramadan ini, Safari enam kota di enam provinsi, roadshow Seminar dan Diskusi Buku Santri Indonesia di Tiongkok yang kick-off di Pesantren Darul Amanah Kendal, Jawa Tengah (8/3/2024), lanjut di UIN Ar-Raniry Banda Aceh (19/3/2024), UNU Pontianak (22/3/2024), UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (25/3/2024), Institut PADHAKU Indramayu (26/3/2023) dan terakhir, ditutup di kampus UNU NTB Mataram," ujar Hasyim Habibi yang mewakili PCINU Tiongkok dalam keterangannya kepada NU Online, Senin (1/4/2024).


Ia menambahkan, program Nihao Ramadan yang diinisiasi oleh PCINU Tiongkok ini melibatkan total sekitar 1.500 peserta dan panitia. Program tahunan Nihao Ramadan ini dimulai sejak tahun 2020 yang awalnya daring. Kemudian pada 2024, acara dilaksanakan secara hybrid, yakni luring dan daring dengan keliling nusantara dan berkolaborasi dengan pesantren dan kampus setempat sebagai co-host.


Hasyim mengaku, pihaknya sengaja membedah buku Santri Indonesia di Tiongkok, buku yang ditulis oleh santri Indonesia yang berkuliah ataupun bekerja di Tiongkok Buku itu, lanjut dia, memuat catatan pengalaman kehidupan keislaman, pendidikan, ekonomi, teknologi, sosial-budaya dan hubungan Indonesia-Tiongkok.


Buku tersebut dicetak pertama kali 2019 dan pada 2023 dicetak ulang dengan revisi dan tambahan beberapa artikel terbaru yang bekerjasama dengan penerbit KPG Jakarta.


Lebih lanjut ia mengatakan, PCINU Tiongkok sudah berdiri sejak 2017 dan saat ini mempunyai anggota ratusan yang berlatar belakang studi S1-S3 dan non-gelar di Tiongkok dengan berbagai macam disiplin ilmu serta diaspora profesional di Tiongkok.


Dalam kesempatan itu, Wakil Sekretaris Jenderal PBNU (Wasekjen) PBNU Imron Rosyadi Hamid mengatakan, China merupakan poros masa depan dunia. Ketika Gus Dur menjadi Presiden tahun 2000 pernah menggagas satu ide Poros Jakarta-Peking-New Delhi.


Gagasan tersebut, sambung dia, mendahului pemikiran Farid Zakaria, jurnalis CNN yang pada 2001 menulis buku berjudul The Post-American World, yang mengatakan bahwa China menjadi kekuatan baru. Ada banyak pertumbuhan yang lebih cepat  di luar sana khususnya di Asia. Pergeseran pertumbuhan dari Barat menuju ke Timur.


"Melihat data konsumsi semen saja, satu abad konsumsi semen AS dari 1901-2000 sebanyak 4.4 gigaton. Sementara di China, tahun 2013-2016 konsumsi semennya 6.6 ton. Tiga tahun China dalam pembangunannya mengalahkan satu abad AS," tambah Imron.


"Di Changchun, ada masjid yang pintu masuknya tertulis Hubbul Wathon Minal Iman, Cinta Tanah Air sebagian dari iman, sangat NU banget. Ternyata itu ditemukan juga di cukup banyak masjid yang tersebar di China," tambahnya.


Pria yang juga pernah menjadi Rais Syuriyah PCINU Tiongkok 2017-2022 ini juga menambahkan bahwa lompatan kemajuan pembangunan dan perkembangan teknologi di Tiongkok bisa menjadi ibroh bagi Indonesia, untuk terus meningkatkan kerja sama dan menyerap pengalaman dan pengetahuan dari mereka demi kemajuan Indonesia.


Sementara itu, Rektor UNU NTB Baiq Mulianah mengaku sangat gembira ketika ditawari menjadi salah satu tuan rumah dalam seminar roadshow Buku Santri Indonesia di Tiongkok oleh PCINU Tiongkok.


Ia mengaku teringat pada kisah beberapa tahun lalu saat mengunjungi Tiongkok dan menyaksikan industri halal food di sana. Halal food di China yang bersertifikat halal khususnya di sekitar masjid banyak ditemukan.


"Kenapa semangat bekerja sama dengan pihak RRT? Saya belajar dari budaya disiplin yang luar biasa. Teknologi yang sangat luar biasa, seperti dalam praktek pertanian sehari-hari yang penuh dengan sentuhan kecanggihan teknologi," ujarnya.


Sementara itu, Atase Pendidikan KBRI Beijing, Yudil Chatim, mengatakan bahwa pihaknya saat ini sedang mencoba menawarkan program kerja sama dengan pihak Tiongkok, di bidang Pendidikan tinggi, University-to-University. 


"Mempromosikan kampus Indonesia di Tiongkok dengan skema 2 plus 2: dua tahun di Indonesia, dua tahun di kampus Tiongkok. Sehingga kita bisa mendapat banyak manfaat, termasuk mahasiswa Tiongkok juga bisa belajar di Indonesia. Tujuan ke depannya adalah untuk mencetak SDM Indonesia semakin unggul dan berdaya saing global," paparnya.