Nasional

Strategi Kebijakan Gus Dur dalam Selesaikan Konflik

Kamis, 17 Mei 2018 | 16:58 WIB

Yogyakarta, NU Online 
Kebijakan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam penyelesaian konflik di Tanah Air menjadi kajian disertasi Ahmad Suaedy di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan berjudul Visi Kewarganegaraan Kultural Abdurrahman Wahid Dalam penyelesaian Konflik Aceh dan Papua, 1999-2001.

Dosen Pascasarjana UNUSIA Jakarta berhasil mempertahankan disertasinya di hadapan sejumlah penguji yang terdiri dari Ketua Sidang Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof. Yudian Wahyudi  PhD didampingi promotor Prof H Dudung Abdurrahman, penguji Dr Moch Nur Ichwan, Prof Noorhaidi, Prof Purwo Santoso dan Prof Abdul Munir Mulkan. 

Kebijakan Gus Dur menurut Ahmad Suaedy menjadi model resolusi konflik yang penting bagi masalah-masalah kebangsaan yang kerap muncul belakangan ini. 

Dalam paparannya, Suaedy juga mengemukakan strategi Gus Dur yang ia sebut dalam disertasinya sebagai kewarganegaraan kultural yang berpijak pada pengakuan dan penghormatan terhadap hak-hak kolektif warga sebagai manifestasi dari konsep Bhineka Tunggal Ika. 

Cara pandang dan aksi Gus Dur yang melampuai kerangka pikir formalistik dan prosedural, menurut anggota Ombudsman RI ini, merupakan refleksi dari cara pandang Islam post-tradisional yang berorientasi pada pembelaan hak-hak kaum tertindas yang memperjuangkan keadilan dari rejim yang sebelumnya memasung hak-hak dasar mereka. 

Kapasitas Gus Dur sebagai tokoh multidimensi, menurutnya, penting dijadikan referensi pemikiran politik kewargaan yang genuine dan berwawasan nusantara. Terlebih lagi perhatian Gus Dur tidak hanya berhenti disitu. Ia dikenal sebagai pemikir yang melakukan banyak terobosan ide-ide keislaman dan sosial politik untuk demokratisasi serta penegakan Hak Asasi Manusia.

Selain sejumlah tokoh nasional, keluarga dan koleganya, pada ujian terbuka promosi doktor yang berlangsung di Aula Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (14/5), tersebut dihadiri oleh unsur pimpinan Pascasarjana UNUSIA Jakarta. Dalam kesempatan itu hadir Direktur Pascasarjana UNUSIA Jakarta Mastuki HS, Asisten Direktur I Deny Hamdani dan dua dosen utama pascasarjana Rumadi Ahmad serta Amsar Dulmanan. 

Pemikiran Gus Dur, menurut Mastuki HS, memang tidak pernah kering untuk digali. Sebab perjalanan hidup Gus Dur ditempa melalui berbagai macam pengalaman dan jaringan yang membentuk basis intelektualnya dari seorang guru, cendekiawan, aktivis, pemimpin ormas dan puncaknya sebagai presiden RI. 

Tidak heran jika pemikiran dan kontribusi politik serta intelektual Gus Dur menjadi inspirasi banyak peneliti, ujar Direktur pascasarana UNUSIA Jakarta ini. 

“Temuan disertasi ini penting untuk mengkonstruksi teori Ilmu Politik Islam Nusantara (IPIN) yang sedang dikembangkan di kampus Pascasarjana UNUSIA Jakarta” ujar Asdir I Bidang Akademik, Deny Hamdani. 

Di kampus ini, menurut Hamdani, mahasiswa dan civitas akademikanya memang didorong untuk menggali dan meneliti topik-topik sosial dan keagamaan yang merefleksikan dialektika Islam dengan realitas sosial dan budaya yang ada. Berbagai pilihan topiknya bisa berkaitan dengan politik, budaya, arsitektur, pemikiran, karya intelektual dan aneka topik lainnya.

Melalui berbagai pertanyaan yang kritis maupun metodologis, disertasi Ahmad Suaedy dinyatakan oleh pimpinan sidang Prof. Yudian Wahyudi layak mendapatkan gelar Doktor dengan predikat Sangat Memuaskan. (Red: Abdullah Alawi)