Medan, NU Online
Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumatera Utara Prof Nur Ahmad Fadhil Lubis mengatakan studi-studi keislaman perlu pendekatan baru yang tidak mendikotomikan ilmu agama dan umum.<>
"Ini untuk merespon perkembangan keilmuan dewasa ini yang semakin terus berkembang," katanya dalam Workshop Penyusunan Blueprint Pengembangan Akademik dalam rangka proyek pengembangan IAIN-SU, IAIN Palembang, IAIN Semarang, dan IAIN Mataram, di Medan Minggu.
Dalam paparannya Fadhil menawarkan pendekatan transdisipliner, sebuah proses untuk memperluas pengetahuan dengan mengintegrasikan perbedaan perspektif untuk membangun sebuah sinergi.
Dari pendekatan ini diharapkan tercipta hybrida, persilangan perbagai perspektif. Dengan demikian semua pihak tidak perlu mendikotomikan ilmu-ilmu agama dan umum.
"Begitu juga dalam studi Islam, apa yang dikenal sebagai metode bayani, burhani, dan `irfani perlu dipadukan," katanya.
Sementara Gurubesar IAIN Sumut Prof Amiur Nuruddin mengatakan ada beberapa langkah yang akan ditempuh dalam mengembangkan IAIN Sumut sebagai pusat keunggulan dalam kajian ekonomi Islam.
Pertama, penguatan Sumber Daya Manusia (SDM), yang dalam ini pilihan IAIN Sumut adalah membuka program studi Ekonomi Islam di tingkat S-1, S-2 dan S-3.
Kedua, penguatan networking dan kerjasama dengan lembaga pendidikan ekonomi Islam terkemuka, baik dalam dan luar negeri.
"Ketiga, penyediaan prasana dan fasilitas program studi. Keempat, pengembangan keilmuan dan kurikulum ekonomi Islam," katanya.
Redaktur: Mukafi Niam
Sumber : Antara
Terpopuler
1
KH Miftachul Akhyar Ungkap Dua Pusaka Keramat yang Harus Dipegang Teguh Pengurus dan Warga NU
2
Sedekah Maulid saat Utang Belum Terbayar: Bagaimana Hukumnya?
3
Ketua PBNU Minta Kurikulum Aswaja Nahdlatul Ulama Segera Diluncurkan untuk Luruskan Sejarah NU
4
Wisuda 531 Mahasiswa, Rektor IIQ Ingatkan Pentingnya Miliki Kepekaan Sosial yang Tinggi
5
LFNU Jakarta Ungkap Fenomena Ekuinoks pada Ahad esok, Momen Tepat untuk Deteksi Arah Mata Angin
6
Kasus Kekerasan Didominasi Rumah Tangga, Jumlahnya Capai 11 Ribu Kasus di Tahun 2024
Terkini
Lihat Semua