Nasional JELANG MUKTAMAR KE-33 NU

Tanfidziyah NU Tidak Harus Muballigh

Selasa, 24 Maret 2015 | 06:01 WIB

Jakarta, NU Online
Tokoh Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) KH A. Nuril Huda berpendapat, ketua dan kepengurusan tanfidziyah yang ada di bawahnya tidak harus diisi oleh kalangan da’i atau muballigh. Ini tidak hanya berlaku di tingkat pengurus besar, tetapi juga kepengurusan NU sampai ke daerah-daerah.<>

“Tanfidziyah itu yang penting ngerti managemen organisasi. Dan yang lebih penting, tunduk pada arahan syuriyah, tidak jalan sendiri,” katanya di ruang redaksi NU Online, Senin (23/3).

Menurut Ketua Pengurus Pusat LDNU masa khidmah 1999-2010, ada yang salah kaprah di lingkungan NU selama ini. Para ketua NU diundang ke berbagai tempat dan ke daerah-daerah hanya untuk memberikan ceramah agama, dari mulai kegiatan maulid nabi, isro' mi'roj hingga tasyakuran haji.

Beberapa pengurus NU juga habis waktunya untuk menjalankan tugas sebagai muballigh ke berbagai tempat dan tidak sempat menata organisasi.

“Pinter ceramah itu bagus saja tapi mengerti managemen, punya waktu dan mau mengurus organisasi biar jalan, itu yang penting,” kata kiai berusia 76 tahun yang masih sangat enerjik itu.

Dalam beberapa keputusan atau pernyataan yang bersifat publik, menurut tokoh alumni Pesantren Langitan itu, tidak harus tanfidziyah yang bertugas sebagai juru bicara.

“Tidak harus tanfidziyah ngomong terus. Yang penting kerja. Sebagian pernyataan yang bersifat keagamaan disampaikan oleh syuriyah langsung, atau yang terkait lembaga-lajnah bisa disampaikan lembaga-lajnah masing-masing,” tambahnya. (A. Khoirul Anam)