Nasional

Teladani Nabi Muhammad untuk Jaga Keutuhan Bangsa

Kamis, 22 November 2018 | 17:10 WIB

Jakarta, NU Online

Salah satu sifat Nabi Muhammad SAW yang patut diteladani oleh umat Islam khusunya di Indonesia adalah upaya dalam menjaga perdamaian dan keutuhan sebuah bangsa. Sifat tersebut tercermin dalam sepak terjang Nabi Muhammad dalam membangun kepercayaan antar suku di Madinah kala itu yang berdampak pada lahirnya perdamaian melalui Piagam Madinah.

“Ketika pindah ke Madinah, Nabi Muhammad bergaul dengan semua orang. Beliau ajak semua kelompok untuk membangun Madinah, saling mempercayai di bawah sebuah perjanjian damai yang disebut dengan Piagam Madinah,” kata  Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi DKI Jakarta, Prof Ahmad Syafii Mufid di Jakarta, Kamis (21/11).

Piagam Madinah sendiri oleh Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Masykuri Abdillah disebut-sebut sebagai salah satu konstitusi tertua yang pernah ditulis di muka bumi yang ia disebut sebagai Mitsaq. "Konstitusi tertulis pertama adalah Mitsaq Madinah atau Piagam Madinah pada 622 M," katanya dalam sebuah seminar di Jakarta. 

Keberhasilan Nabi Muhammad menyatukan perbedaan oleh Ahmad Syafii Mufid dianggap sebagai buah dari luhurnya sifat mulia Sang Nabi yakni sifat jujur yang ada padanya. Sejatinya, kepercayaan orang sudah didapatkan oleh Nabi Muhammad sejak belia dengan sebutan Al-Amin atau orang yang bisa dipercaya. Menurutnya gelar itu berarti berkata dengan benar, menepati setiap janji, dan menunaikan setiap amanat.

Modal lain untuk menyatukan berbagai kelompok adalah tidak adanya keinginan membalas dendam pada orang yang pernah menyakitinya. “Nah akhlak Nabi Muhammad yang semacam itulah yang dirindukan orang dan kemudian diperingati dan dirayakan setiap tahun melalui Maulid Nabi ini,” ujarnya.

Secara spesifik Ketua MUI DKI Jakarta ini mengarisbawahi bahwa yang membuat Nabi Muhammad dipercaya banyak orang tak lain adalah tingginya akhlak, budi pekerti dan moralitas, bukan harta benda dan kekuasaannya. 

Maka menurutnya, memperingati kelahiran Nabi Muhammad adalah upaya refleksi bersama umat Islam untuk mengambil spirit dari perjuangan Nabi Muhammad yang penuh kesantunan, kesederhanan dan kegigihan sehingga mampu menyatukan hati yang tercerai, suku yang terberai, dan persaudaraan yang tercerabut dalam masyarakat padang pasir. “Mari umat Islam Indonesia terus meneladani Sang Nabi dengan merekatkan semangat persaudaraan dan perdamaian untuk bangsa,” katanya. (Ahmad Rozali)