Jakarta, NU Online
Ketua Lembaga Kesahatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama periode 2010-2015 Imam Rasyidi meninggal dunia sekitar pukul 5 sore di Surabaya pada Selasa (10/10). Ia dimakamkan di kota itu juga Rabu (11/10).
Menurut asisten sekretarsi jenderal LKNU, Achmad Syarip, Imam Rasyidi merupakan praktisi yang sangat sibuk. Tapi ia selalu peduli ke NU.
“Kalau ada kegiatan-kegiatan urgen di NU, selalu hadir,” katanya saat ditemui NU Online di lantai 7, Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (11/10).
Ia juga menyanjung kepemimpinan Imam Rasyidi, karena menurutnya, ia seorang pemimpin yang baik dalam berkomunikasi dengan bawahanya, dan tidak ada jarak dengan para staf di LKNU.
“Bahkan sama staf paling bawah pun beliau akrab, bisa bercanda,” katanya.
Menurutnya, Imam Rasyidi termasuk orang yang suka memotivasi para stafnya. Semangat tersebut dalam bentuk mendorong agar membuat karya tulis.
“Harus ada karya yang tertulis apa yang kita lakukan, ada legacy, ada peninggalan berupa tulisan. Itu yang sering didorong Pak Imam” katanya.
Meski orangnya rasional dan modern, Imam Rasyidi juga sering mengingatkan kepada para bawahanya tentang nilai barokah dalam setiap yang dilakukan.
“Tidak semua yang kita kerjakan itu endingnya materi, bahwa setiap kegiatan ada nilai barokah,” katanya menirukan Imam Rasyidi. (Husni Sahal/Abdullah Alawi)