Obituari

7 Hari Wafatnya Syekh Hisham Kabbani: Melihat Gerak Dakwahnya di Amerika

Kamis, 12 Desember 2024 | 18:00 WIB

7 Hari Wafatnya Syekh Hisham Kabbani: Melihat Gerak Dakwahnya di Amerika

Syekh Hisahm Kabbani. (Foto: Instagram @hishamkabbani)

Duka mendalam bagi Muslim dunia atas wafatnya seorang ulama besar Amerika, yaitu Syekh Hisham Kabbani, pada Kamis (5/12/2024) di Michigan. Sosoknya menorehkan catatan penting dalam dakwah Islam di dunia Barat melalui gerakan tasawuf, khususnya Tarekat Naqsyabandi Haqqani yang dipimpinnya.


Di tengah gerakan salafisme yang menguat di Barat, Syekh Hisham hadir menyampaikan dakwah ke Amerika Serikat pada tahun 1990. Keberangkatannya ke Negeri Paman Sam ini merupakan perintah dari guru sekaligus ayah mertuanya, yakni Syekh Nazim Haqqani pada akhir tahun 1980-an. Saat itu, sufisme dalam kondisi termarjinalisasi di Amerika karena banyaknya kaum salafi.


Dalam sebuah kesempatan di Forum Terbuka Kementerian Luar Negeri tentang Evolusi Ekstremisme pada 7 Januari 1999, ia secara terang-terangan menyebut ada lebih dari 2000 masjid di Amerika Serikat dan 80 persen di antaranya dikelola oleh kelompok yang berideologi ekstremis. Tak pelak, mereka ‘kebakaran jenggot’ dan mengkritiknya secara tajam.


Markus Dressler melalui tulisannya berjudul "Pluralism and Authenticity: Sufi Paths in Post-9/11 New York" dalam Sufis in Western Society: Global Networking and Locality (2009) menyebut sambutan Syekh Hisham tersebut dalam rangka mengokohkan dirinya sebagai representasi Islam moderat. Syekh Hisham juga tampil dengan penuh perhatian media dan menjadikannya sebagai upaya untuk menyampaikan kritik keras terhadap Wahabisme. Ia terus berupaya menolak dan melawan narasi ideologi Wahabi dan Salafi, serta mempertahankan legitimasinya dalam sufisme.


Hal serupa juga diungkapkan Ron Geaves melalui tulisannya berjudul "Learning the Lessons from the Neo-Revivalist and Wahhabi Movements: The Counterattact of New Sufi Movements in the UK" dalam Sufism in the West (ed. Jamal Malik dan John Hinnels, Routledge, 2006). Menurutnya, Syekh Hisham memang bergerak melakukan konter-narasi terhadap Wahabisme dan Salafi. Tidak hanya disampaikan melalui ceramah saja, tetapi juga melalui tulisannnya, seperti buku tujuh jilid berjudul Encyclopedia of Islamic Doctrine. Buku tersebut ditulis dalam rangka mengokohkan wacana Ahlussunnah wal Jamaah dan mengkritik secara akademik dan ilmiah terhadap keyakinan Wahabi dan Salafi.


Selain itu, Syekh Hisham juga menulis buku yang secara khusus mengulas tentang Salafi. Buku tersebut berjudul The Salafi Movement Unveiled yang diterbitkan sendiri melalui organisasinya, yaitu As-Sunnah Foundation of America, pada tahun 1997. Dalam buku ini, Syekh Hisham tampak mengungkap berbagai macam kritiknya atas keyakinan itu dan menempatkan posisi Ahlussunnah wal Jamaah sebagai pandangan yang benar. Pembahasannya mulai dari definisi siapa yang disebut Salafi, kamuflase mereka, penyalahgunaan Al-Quran untuk melawan Muslim, pengkafiran, hingga soal tajsim.


Namun demikian, Marcia K Hermansen dan Saeed Zarrabi-Zadeh dalam bukunya, Sufism in Western Contexts (Brill, 2023), menyebut bahwa memang pemerintah menganggap sufi sebagai representasi Muslim yang ‘baik’ dan ‘moderat’. Istilah Muslim baik, menurut Mahmood Mamdani dalam Good Muslim, Bad Muslim: America, The Cold War, and The Roots of Terror (2004), tidak mengarah pada individu, tetapi muncul setelah peristiwa 9/11 untuk menyebut kelompok Islam yang anti terhadap terorisme. Istilah itu dimunculkan Presiden Amerika saat itu, yakni George Walker Bush.

 

Presiden Bush tampak memastikan kepada orang-orang Amerika bahwa Muslim baik ingin sekali membersihkan nama dan hati Nurani mereka atas kriminalitas yang mengerikan itu. Serta ingin ‘niscaya’ mendukung mereka untuk memerangi pelaku kriminalitas itu yang dianggap sebagai Muslim buruk. Karenanya, penilaian Muslim baik atau buruk itu merujuk pada identitas politik, bukan secara kebudayaan ataupun keagamaan individunya.


Anggapan demikian, menurut Hermansen dan Zarrabi-Zadeh (2023), merupakan bukti keberhasilan pendekatan Syekh Hisham terhadap aktor-aktor politik, mulai dari Kementerian Luar Negeri, lembaga-lembaga think-tank, hingga presiden. Namun tentu bukan hanya sekadar itu. Syekh Hisham juga aktif menjalin interaksi dengan beragam komunitas. Tak pelak, hal itu juga yang membuatnya kian diterima berbagai kalangan. Pengikutnya bermacam-macam, kulit hitam, putih, India Pakistan, Afrika, Turki, dan lainnya. Banyak di antaranya juga yang pada akhirnya memeluk agama Islam.


“Dan Syekh Nazim dan Syekh Hisham dengan sengaja dan penuh kehati-hatian memainkan peranannya di tengah keragaman itu agar orang tertarik dengan tarekat (khususnya Naqsyabandiyah Haqqaniyah) yang di Amerika ini ada segregasi rasial,” kata Hermansen dalam wawancara dengan NU Online pada Sabtu (8/12/2024) di Chicago, Illinois, Amerika Serikat.


Legitimasi dan otoritasnya juga kuat karena memiliki latar belakang pengetahuannya yang mendalam tentang studi Islam. Hal itu juga membuatnya mudah diterima berbagai kalangan di Amerika. “Syekh Hisham merupakan sosok tokoh Muslim yang punya latar belakang keilmuan Islam dan menghadirkan sufisme dengan basis syariat yang lebih mudah diterima oleh lebih luas komunitas,” kata Guru Besar Studi Islam di Universitas Loyola Chicago itu.


Syekh Hisham juga menggerakkan dakwahnya dengan mendirikan sejumlah organisasi untuk memperkokoh legitimasi dan otoritasnya di tengah masyarakat. William Rory Dickson melalui tulisannya berjudul "Sufism in North America" dalam Handbook of Sufi Studies Volume 3: Sufism in Western Contexts (Ed. Marcia K Hermansen dan Saeed Zarrabi-Zadeh, Brill, 2023), menyebut bahwa Syekh Hisham di antaranya mendirikan Islamic Supreme Council of America (ISCA, 1991) dan As-Sunnah Foundation of America (ASFA, 1997). Ada juga organisasi khusus perempuan, yakni Kamilat Muslim Women’s Organization (KMWO, 1997). Damrel (2006) menjelaskan bahwa ISCA didirikan untuk bergerak di bidang politik, ASFA bergerak dalam pendidikan keagamaan dan publikasi, sedangkan KMWO didedikasikan untuk isu-isu kualitas hidup yang dihadapi oleh perempuan Muslim di Amerika Serikat dan Kanada.


Tak pelak, gerakan dakwah Syekh Hisham Kabbani yang mencakup berbagai bidang dan lintas negara ini membuat banyak orang mencintainya dan merasa sangat kehilangan atas wafatnya sepekan lalu. Untuk Syekh Hisham Kabbani, Al-Fatihah.