Obituari

Innalillahi, H Ahmadi Katib MWCNU Pedurungan Semarang Meninggal Dunia

Jumat, 10 Juli 2020 | 03:30 WIB

Innalillahi, H Ahmadi Katib MWCNU Pedurungan Semarang Meninggal Dunia

Almarhum H Ahmadi Nur Huda (kiri) (Foto: Dokumen keluarga)

Semarang, NU Online

Innalillahi wainnaa ilaihi roojiuuun, Nahdliyyin di Kota Semarang, Jawa Tengah berduka, Katib Syuriyah Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Pedurungan H Ahmadi Nur Huda yang berprofesi sebagai dokter spesialis meninggal dunia, Jumat (10/7) pukul 07.00 di RS Wongsonegoro Semarang.

 

Informasi yang beredar di lingkungan grup WA alumni SMP Futuhiyyah Mranggen Demak Jateng menyebutkan, sebelum meninggal almarhum menderita sakit paru-paru dan gula. 

 

"Meski memiliki riwayat penyakit yang membutuhkan waktu untuk banyak istirahat, namun dokter Ahmadi tetap mengikuti berbagai aktivitas di NU maupun aktivitas lainnya, termasuk praktek di RSI Sultan Agung Semarang," ujar Katib PWNU Jateng KH Imam Sya'roni Fahrurrozi.

 

Dikatakan, almarhum yang juga teman mondok di pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak pada akhir tahun 1970-an mengatakan, sejak belajar di pondok setelah lulus dari pendidikan dasarnya,  almarhum masuk ke pesantren Futuhiyyah.  

 

"Selama mondok almarhum Ahmadi sangat tekun belajar dan aktif dalam organisasi. Sejak di pondok almarhum memilih untuk menempuh jalur pendidikan umum, SMP, dan SMA. SMPnya Futuhiyyah, SMAnya Sultan Agung Semarang," ungkapnya. 

 

Yang unik saat di SMA lanjutnya, meski lokasinya di Semarang ia tetap tinggal di pondok.Perjalanan pulang perginya melewati rumahnya, tetapi  pulangnya tetap ke pondok.

 

Menurutnya, meski belajar di lembaga pendidikan umum, namun semangat belajarnya untuk mendalami kitab kuning bersama-sana dengan santri lainnya di luar jam sekolah sangat tinggi.

 

"Dia satu angkatan dengan saya saat belajar di madrasah diniyah Futuhiyyah  dan ngaji Alfiyah setiap malam di luar jam sekolah," tuturnya.

 

Wakil ketua PCNU Kota Semarang Agus Fathuddin Yusuf mengatakan, sebenarnya dengan kemampuan, kompetensi, dan profrsionalismenya, almarhum akan dipromosikan untuk berkhidmah di lingkungan NU pada level cabang atau wilayah. Namun dengan halus yang bersangkutan menolak.

 

"Alasannya dalam berkhidmah di NU lebih memilih berkhidmah di akar rumput. Ini pilihannya sejak awal, saat di Ansor pun ia lebih memilih aktif di ranting dan Ancab," paparnya.

 

Almarhum menempuh pendidikan tinggi di Fakuktas Kedokteran di Universitas Sultan Agung Semarang, pendidikan dokter spesialis Jiwa di Universitas Diponegoro Semarang, dan program Doktor Ilmu Hukum (S3) di Unissula.

 

Jenazah almarhum  dinakamkan di TPU Pucung Plamongansari Semarang.

 

Kontributor: Samsul Huda
Editor: Abdul Muiz