Ahmad Rozali
Kontributor
Jakarta, NU Online
Berita duka datang dari keluarga besar Nahdlatul Ulama. KH Enceng Shobirin Najd dikabarkan meninggal dunia pada Kamis (19/11) di RS Pertamina, Jakarta.
"Almarhum meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Pertamina pukul 02.38 terakhir oksigennya melemah dan kehilangan nafas," ujar Cindra Putri almarhum Enceng Shobirin Nadj melalui pesan singkat.
Cindra Putri berharap agar almarhun dibukakan pintu maaf. "Mohon dibukakan pintu maaf dan dikirimi doa Alfatihah dan surat Yasin untuk Papah," pungkasnya.
Dimakamkan di Pondok Pesantren Pasir Putih
Prosesi pemakaman Wakil Sekjen PBNU 2010-2015 itu rencananya akan dilangsungkan di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin di Pasir Putih Depok Jawa Barat.
Menurut pemantauan NU Online, nampak kawasan pondok dipersiapkan untuk kedatangan jenazah. Terdapat santri yang membersihka rumput dan ada pula lima orang yang menyiapkan liang lahat. Jenazah dikabarkan sedang menuju lokasi pemakaman dari RS Pertamina.
Alamsyah M Djafar, Manajer Riset Wahid Foundation menuturkan bahwa Kiai Enceng merupakan sosok yang memiliki pengaruh besar pada aktivisme di tubuh PMII di era 90-an.
"Ia salah seorang senior yang pikiran, ide-ide, dan motivasinya pada anggota dan pengurus PMII sangat penting. Analisisnya terhadap situasi nasional ketika itu sangat tajam, termasuk ide-ide bagaimana NU dan PMII mengmabil jalan. Ketika itu menjadi peneliti pada LP3ES memberi tambahan gambaran mengenai dunia NGO dan NU. Seperti Anda tahu, LP3ES meerupakan organisasi masyarakat sipil berpengaruh ketika itu," tulis Alamsyah di laman facebooknya.
Lebih dari itu, lanjut Alam, Kiai Enceng merupaka pribadi yang hangat, termasuk pada yang muda. "Melihat anak-anak yang lebih muda darinya aktif dan bersemangat, ia senang. Saya merasakan kesan itu saat pertama kali bertemu," tuturnya.
Kiai Enceng Shobirin dalam beberapa tahun terakhir merupakan instruktur nasional Pelatihan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (PKPNU).
Bersama KH Abdul Mun'im DZ, Kiai Enceng menjadi instruktur pelatihan bagi warga NU di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Kedua tokoh tersebut juga berjasa dalam membidani berdirinya NU Online pada 11 Juli 2003.
Pewarta: Ahmad Rozali
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU Hadir Silaturahim di Tebuireng
2
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
5
KH Said Aqil Siroj Usul PBNU Kembalikan Konsesi Tambang kepada Pemerintah
6
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
Terkini
Lihat Semua