Obituari

PBNU Ajak Pengurus NU dan Nahdliyin Shalat Ghaib untuk AGH Sanusi Baco

Sabtu, 15 Mei 2021 | 19:00 WIB

PBNU Ajak Pengurus NU dan Nahdliyin Shalat Ghaib untuk AGH Sanusi Baco

"Almarhum akan dimakankan di kampung halaman beliau di Talawe Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros, pas di belakang rumah orang tua Anregurutta." (AGH Sanusi Baco, 2017)

Jakarta, NU Online

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menginstrusikan kepada seluruh pengurus NU di semua tingkatan untuk menggelar shalat ghaib, pembacaan yasin dan tahlil untuk Mustasyar PBNU Anregurutta Haji (AGH) Muhammad Sanusi Baco yang wafat pada Sabtu (15/5) malam di salah satu rumah sakit di Makassar, Sulawesi Selatan.


“Sehubungan dengan hal tersebut, PBNU dengan ini menginstruksikan kepada seluruh Pengurus Wilayah, Cabang, Lembaga, Badan Otonom Nahdlatul Ulama dan Pondok Pesantren di semua tingkatan untuk menyelenggarakan Shalat Ghaib, Pembacaan Yasin, dan Tahlil untuk Almarhum,” tulis surat bernomor 5113/C.I/34/05/2021 yang ditandatangani Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, dan Sekjen PBNU H Ahmad Helmy Faishal Zaini pada Sabtu (15/5) itu.


Jenazah AGH Sanusi Baco rencananya akan dimakamkan di kampung halamannya di Talawe, Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Ahad (16/5). Sebelum itu, jenazahnya akan dishalatkan usai shalat Zuhur di Masjid Raya Makassar, kemudian ke tempat pemakaman.


"Almarhum akan dimakankan di kampung halaman beliau di Talawe Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros, pas di belakang rumah orang tua Anregurutta," kata Wardy Siradj, Humas Kemenag Sulsel, Sabtu (15/5) malam.


Selain dipercaya sebagai Mustasyar di PBNU, ulama karismatik alumnus Universitas Al-Azhar itu juga merupakan Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sulawesi Selatan dan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan.


Sebelum melanjutkan studinya di Mesir, ulama kelahiran Maros, 4 April 1937 sempat menjadi Sarjana Muda (BA) di Universitas Muslim Indonesia.


Putra kedua dari enam bersaudara juga belajar mengaji kepada beberapa guru di desanya, sebelum memilih Pondok Pesantren Darud Da’wah wal Irsyad (DDI) Mangkoso, Barru, Sulawesi Selatan sebagai destinasi pengembaraan keilmuannya selama delapan tahun. Setelah lulus aliyah tahun 1958, Gurutta Sanusi Baco hijrah ke Makassar dan mengajar di beberapa tempat.


Pewarta: Syakir NF

Editor: Alhafiz Kurniawan