Opini

Indonesia dan Kebangkitan Islam

Rabu, 26 April 2017 | 00:01 WIB

Indonesia dan Kebangkitan Islam

ilustrasi: islamindonesia.id

Oleh A Muchlishon Rochmat

Islam dan Indonesia adalah dua kata yang hampir saja tidak bisa dipisahkan. Iya, Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Dari total 237 jutaan penduduk Indonesia, sekitar 207 jutanya adalah pemeluk agama Islam. Dengan jumlah tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara Islam terbesar di dunia.

Indonesia adalah negara dengan penduduk terbesar dunia keempat setelah China (1,38 milyar), India (1,32 milyar), dan Amerika (324 juta). China dan Amerika mampu mengelola penduduknya dengan baik sehingga mereka sekarang menjadi dua poros kekuatan dunia, baik dalam hal ekonomi maupun militer. Begitupun dengan India dan Indonesia yang sedang gencar-gencarnya melakukan perbaikan diri untuk menjadi ‘kekuatan dunia.’ Setidaknya, untuk menjadi ‘pemain dunia’ ada dua hal yang harus dimiliki oleh sebuah negara; ekonomi dan militer yang kuat.

Tahun 2016, pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah 5,02 persen. Sedangkan, pendapatan perkapita masyarakat Indonesia mencapai 47,96 juta atau setara dengan 3.065,1 dollar Amerika Serikat. Adapun urusan militer, Global Firepower Index menempatkan kekuatan militer Indonesia pada urutan ke-14 militer sebagai militer terkuat di dunia dan yang paling kuat di Asia Tenggara. 

Terlepas dari tren positif tersebut, Indonesia memiliki sejumlah permasalahan yang cukup krusial. Seperti kesenjangan sosial, kemiskinan, rendahnya mutu pendidikan dan literasi, keterbelakangan, korupsi yang merajalela, dan pengelolaan sumber daya alam yang buruk. 

Memang, pertumbuhan ekonomi kita mencapai angka 5 persen tetapi itu yang menikmati hanya kalangan atas saja. Ada disparitas yang mencolok antara yang kaya dan yang miskin. Berdasarkan data Global Wealth Report tahun 2016, Indonesia menduduki urutan ke-4 sebagai negara paling timpang di dunia, dimana 1 persen orang terkaya menguasai 49,3 persen kekayaan nasional. Badan Pusat Statistik merilis bahwa jumlah masyarakat miskin Indonesia adalah 27,76 juta orang per September 2016.

Tidak hanya itu, di dalam urusan membaca pun Indonesia menempati posisi buncit. Dari 61 negara yang disurvei oleh Central Connecticut State University di New Britain dari tahun 2003 sampai 2014, Indonesia menempati posisi ke-60 atau nomer dua dari belakang terkait dengan minat baca masyarakat. Begitupun dengan publikasi ilmiah di jurnal-jurnal internasional, Indonesia berada di peringkat ke-66 dengan jumlah publikasi ilmiah 918 setahun. Dalam hal korupsi, Indonesia menempati urutan ke-90 dari 176 negara yang disurvei oleh Transparancy International dalam data Indeks Persepsi Korupsi.  

Islam Bangkit dari Indonesia, Mungkihkan?
Tidak sedikit tokoh yang menggelorakan bahwa Islam akan bangkit dari Indonesia. Hal tersebut didasarkan pada situasi dan kondisi yang terjadi di Negara-negara Islam Timur Tengah, yaitu perang saudara yang tak kunjung usai. Maka dari itu, mereka yakin dan optimis bahwa Islam akan bangkit dari negara berpenduduk muslim terbesar di dunia ini. 

Optimisme tersebut bukan tanpa sebab, Ali Masykur Musa di dalam bukunya Membumikan Islam Nusantara: Respon Islam Terhadap Isu-isu Aktual memaparkan setidaknya ada empat hal yang dimiliki Indonesia sebagai syarat untuk menjadi pemimpin peradaban dunia ke depan. Pertama, Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4. Apalagi, dalam sepuluh sampai dua puluh tahun ke depan Indonesia akan menikmati bonus demografi. Jika bonus tersebut bisa dikelola dengan baik, maka itu akan ‘mengatrol’ ekonomi dan ‘bargaining position’ Indonesia. 

Kedua, letak Indonesia sangat strategis di dalam geopolitik internasional. Indonesia diapit oleh dua samudra; Hindia dan Pasifik. 40 persen lalu lintas perdagangan dunia berada di dua samudra tersebut. Dengan demikian, wilayah Indonesia sangat penting bagi perdagangan global. 

Ketiga, sumber daya alam Indonesia sangat melimpah. Indonesia dikaruniai Tuhan dengan kekayaan alam yang begitu kaya, baik di darat maupun di laut. Di darat, tanah Indonesia begitu subur. Ada gas, minyak, batubara, semen, dan nikel yang berlimpah di dalam tanah Indonesia. Di laut, kekayaan Indonesia juga melimpah. Bukan hanya sektor minyak dan gas, tetapi juga hasil laut, transportasi laut, pertambangan, bioteknologi, wisata, dan lainnya.

Keempat, Indonesia adalah negara demokrasi terbesar ke-3. Dan uniknya, Indonesia adalah negara berpenduduk muslim terbesar yang mampu menyandingkan demokrasi dan Islam dalam satu tatanan negara. Di dalam praktiknya, tidak mudah menyatukan Islam dan demokrasi. Negara-negara Islam di Timur Tengah belum menemukan titik temu antara Islam, demokrasi, dan nasionalisme. Mereka masih bertengkar dan berperang untuk urusan itu. 

Sebagai masyarakat mayoritas, saya pikir umat Islam adalah yang paling bertanggung jawab terhadap kemajuan dan kemunduran Indonesia. Berbagai macam persoalan di atas tersebut –seperti kemiskinan, kesenjangan sosial, korupsi, dan keterbelakangan- harus diselesaikan dengan baik dan benar jika ingin Indonesia maju.  

Saya yakin jika Islam bangkit, maka Indonesia pun akan bangkit. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah apakah jika Indonesia bangkit, Islam juga akan bangkit? Entahlah. Waallhu ‘alam.

Ketua Keluarga Mathali’ul Falah (KMF) Jakarta dan Sekitarnya