
Ketum PP Muslimat NU Khofifah Indar Paranwansa berfoto bersama di pembukaan Kongres Ke-18 Muslimat NU di Jatim Expo, Surabaya, Jawa Timur, pada Senin (10/2/2025). (Foto: Panitia Kongres Ke-18 Muslimat)
Susianah Affandy
Kolomnis
Pada pembukaan Kongres Muslimat NU Ke-XVIII 10 Februari 2025 di Surabaya lalu, Ketua Umum Muslimat NU Ibu Khofifah menyampaikan bahwa organisasi yang dipimpinnya kini berusia 78 tahun. Badan otonom NU ini, menurut dia, memiliki komitmen mengawal pemerintahan. Muslimat NU memiliki tentara khusus bertugas mengawal Pemerintahan Prabowo Subianto, yakni TNU (Tentara NU). Mereka adalah kader Muslimat NU, karib dengan sebutan “emak-emak NU.”
Gayung bersambut, Presiden RI Prabowo dalam sambutannya turut berkelakar bahwa TNI yang dimiliki negara takut pada TNU. Apalagi jika dalam keluarga TNU lahir TNI, maka di sinilah posisi TNI dengan sendirinya di bawah TNU. Karena TNU secara biologis dan sosiologis dapat “menjewer telinga anggota TNI” jika melakukan kesalahan.
Garda depan Republik
Sebagai tentara NU, jamaah Muslimat memiliki peran penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan Republik. Mengutip Susan Blackburn dalam Women and The State in Modern Indonesia (2004:28) mencatat bahwa organisasi Muslimat NU yang lahir pada 29 Maret 1946 di Purwokerto mengemban mandat sosial keagamaan di seluruh lapisan masyarakat. Ibu-ibu NU di masa silam turut serta berjuang mempertahankan kemerdekaan negara.
Keterlibatan ibu-ibu NU tidak semata mengisi dapur umum untuk memenuhi kebutuhan pangan para pejuang, namun juga turut mengangkat senjata. Ibu-ibu NU pada rentang tahun 1946-1965 turut mengikuti pelatihan militer mempertahankan kedaulatan negara. Pengalaman sukarelawati Muslimat NU masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI terdokumentasikan dalam bentuk foto bersejarah.
Dalam sebuah foto, tampak Ny. Saifuddin Zuhri tengah latihan menembak dengan posisi mata tertutup. Foto lainnya tampak anggota Muslimat NU berbaris dengan membawa senjata. Foto tersebut dapat kita temukan dalam Gedung Kementerian Pertahanan RI.
Baca Juga
Inovasi Gerakan Sosial Muslimat NU
Bagi Muslimat NU, perjuangan melawan penjajahan merupakan ibadah yakni melawan kemungkaran di muka bumi sebagaimana perintah Allah SWT.
Setelah Indonesia merdeka, Muslimat NU berada di garis depan perjuangan melawan kebodohan. Al-Qur'an surat Annisa ayat 9 yang melarang kita meninggalkan generasi lemah serta surat Al-Mujadalah ayat 11 tentang keutamaan menuntut ilmu menjadi landasan bagi Muslimat NU berjuang di bidang pendidikan. Dalam buku 50 Tahun Muslimat NU disebutkan bahwa upaya perjuangan melawan kebodohan dilakukan secara sistemik.
Muslimat NU di bawah kepemimpinan Ny. Hj. Mahmudah Mawardi (1950-1979) dan Hj. Asmah Syahruni (1979-1995) mengeluarkan instruksi kepada Pimpinan Cabang agar setiap desa dibangun sekolah TK. Pada setiap 1 Muharram diperingati sebagai Hari Sosial Muslimat NU, para Pimpinan Pusat Muslimat NU meresmikan sekolah-sekolah TK yang telah terbangun tersebut.
Perjuangan di bidang pendidikan menampakkan hasil, lamban laun perempuan di pedesaan mulai melek huruf. Manfaat jangka panjang yang bisa dipetik adalah remaja perempuan di pedesaan mulai memahami tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara. Selanjutnya domino effect lainnya adalah menurunkan angka pernikahan anak.
Pada masa kepemimpinan Ibu Khofifah, layanan Pendidikan Muslimat NU telah berkembang pesat. Mengutip laman www.muslimatnu.or.id, layanan Muslimat NU di bidang Pendidikan antara lain tersebar di 9.800 TK dan Raudlatul Athfal, 350 Taman Pendidikan Al-Qur’an, dan 6.226 Kelompok Bermain. Muslimat NU juga memiliki 11 Balai Latihan Kerja (BLK).
Misi Muslimat NU dalam menjalankan layanan Pendidikan tidak semata menyasar anak didik, namun juga orang tua dan keluarga. Bagi Muslimat NU, orang tua dan keluarga adalah elemen utama dalam pengasuhan dan perlindungan anak. Di sela-sela jam belajar-mengajar, terdapat interaksi antar orang tua dengan sekolah. Muslimat NU juga menyelenggarakan kegiatan-kegiatan bertemakan parenting dan kegiatan membangun keteladanan orang tua dalam pengasuhan anak.
Catatan sejarah lainnya yang menempatkan posisi Muslimat NU di garda depan Republik adalah perannya dalam program deradikalisasi. Tahun 2011-2013 Muslimat NU bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyelenggarakan serangkaian kegiatan deradikalisasi. Muslimat NU menggandeng tokoh masyarakat dan tokoh lintas agama di 5 provinsi membangun komitmen bersama menciptakan kehidupan yang damai.
Muslimat NU mempelopori berdirinya Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di 5 provinsi antara lain Riau, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera Utara.
Muslimat NU menyiapkan kader-kader terbaiknya sebagai juru dakwah, penyuluh agama Islam, ustadzah majelis taklim dengan pembekalan materi tentang Islam rahmatan lil alamin, Islam damai dan toleran. Muslimat NU menyiapkan kurikulum khusus bagi majelis taklim sebagai pedoman pembelajaran. Inilah senjata utama di balik para tentara NU berdiri tegak melawan radikalisme.
Layanan dakwah dan sosial
Jika TNI memiliki tugas utama menegakkan kedaulatan negara dan mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari ancaman dan gangguan, maka tugas pokok Tentara NU adalah penyiapan generasi unggul.
Dalam sambutannya, Rais Am PBNU Kiai Miftachul Akhyar menegaskan bahwa Muslimat NU memiliki sumbangsih besar dalam penyiapan ibu-ibu sebagai madrasah pertama kehidupan anak. NU dan Muslimat NU dengan sendirinya telah memberi sumbangsih besar kepada bangsa dan negara dalam mempersiapkan generasi unggul yakni generasi yang akan menyongsong bonus demografi tahun 2030.
Para tentaranya NU yakni ibu-ibu Muslimat di pedesaan setiap hari menjaga teritorinya masing-masing. Tiada hari tanpa layanan pengabdian. Bentuk layanan yang diberikan sebagai garda depan antara lain, layanan dakwah. Dakwah dilakukan melalui pengajian rutin, diselenggarakan dua sampai tiga kali tiap minggu.
Besarnya animo masyarakat mengikuti pengajian karena bagi mereka pengajian telah menghubungkan dengan aneka ragam kegiatan dari pusat selain mendapatkan ilmu agama, yang tidak mereka peroleh jika tidak menjadi anggota di dalamnya. Muslimat NU memberikan layanan dakwah Islam di 72.492 majelis taklim.
Selain layanan dakwah, Muslimat NU memberikan layanan sosial-kesehatan di masyarakat. Di bawah kepemimpinan Ibu Khofifah, Muslimat NU memiliki 209 panti asuhan, 111 layanan kesehatan dengan 49 rumah sakit. Semua layanan Muslimat NU dibangun secara swadaya, tidak bergantung pada satu sumber. Muslimat NU sebagaimana kita ketahui merupakan organisasi non-pemerintah dan dengan demikian bukan pengguna APBN. Modal sosial yang kuat menjadi kunci. Inilah yang membedakan TNI dan TNU. Wallahu ‘alam.
Baca Juga
Muslimat NU, Soko Guru Nahdlatul Ulama
Susianah Affandy, anggota Pimpinan Pusat Muslimat NU
Terpopuler
1
KH Bisri Syansuri (1): Nasab dan Sanad Keilmuan
2
Alasan NU Tidak Terapkan Kalender Hijriah Global Tunggal
3
Khutbah Jumat: Marhaban Ramadhan, Raih Maghfirah dan Keberkahan
4
Khutbah Jumat: Kepedulian Sosial Sebagai Bekal Menyambut Ramadhan
5
Reshuffle Perdana Kabinet Merah Putih: Brian Yuliarto Jadi Mendiktisaintek Gantikan Satryo Brodjonegoro
6
Ketua LF PBNU: Banyak Masalah Fiqih akan Terganjal Jika Kalender Hijriah Diglobalkan
Terkini
Lihat Semua