Saat kita masih kecil dulu, kita akan langsung menjawab dengan tegas dan tanpa ragu-ragu ketika ada orang yang menanyakan tentang cita-cita atau mau jadi apa nanti. Tetapi, ketika kita sudah menginjak masa remaja –dan bahkan dewasa, kita menjadi bingung dan ragu ketika ada orang yang bertanya tentang mau jadi apa kita dalam rentang waktu sepuluh tahun ke depan. Atau apa yang akan kita hasilkan dalam waktu sepuluh tahun ke depan. Banyak orang yang menjawabnya dengan jawaban yang tidak yakin dan tidak begitu jelas.
Kenapa bisa demikian? Karena kita masyarakat Indonesia kurang terlatih untuk merencanakan masa depan dengan perkiraan-perkiraan yang dibuat. Tradisi berfikir jauh ke depan kita belum terlatih secara baik dan benar. Biasanya, kita hanya memikirkan hal-hal yang berbau masa depan maksimal dalam rentang waktu lima, belum sampai dua puluh hingga lima puluh tahun ke depan.
Selain itu, ada hal-hal lain yang menyebabkan kita tidak terbiasa merencanakan masa depan, diantaranya adalah faktor ketidaktahuan, faktor tidak mau mendahului takdir Tuhan, faktor tidak mau kecewa, faktor ingin mengalir saja seperti air, faktor tidak tahu potensi diri atau tidak mengenal diri sendiri sehingga bingung mau melakukan apa ke depannya, dan lain sebagainya. Meski masa depan menjadi hak prerogatif Tuhan, tetapi apabila kita mampu merencanakan dan mengawal segala sesuatu yang menjadi syarat atas terjadinya masa depan yang tidak kita inginkan, maka kita setidaknya hal-hal yang tidak sesuai harapan kita tersebut bisa dihindari seminimal mungkin.
Melalui buku Teknologi Ruh Pendamping Teknis Untuk Mengawal Masa Depan, Ali Sobirin El-Muannatsy, sang penulis buku, berusaha untuk memberikan buku panduan (guidance book) kepada kita untuk merencanakan dan mengawal masa depan dengan apik dan benar sehingga kita bisa meraih masa depan yang kita harapkan. Ali Sobirin El-Muannatsy –biasa disapa Also- memandang masa depan itu seperti bola bekel. Secara umum, bola bekel itu liar dan tidak jelas arahnya. Begitupun dengan masa depan kita.
Namun demikian, kalau seandainya kita mengetahui karakteristik bola bekel tersebut seperti sudut, model, bentuk titik pantul, arah angin, dan keadaan lingkungan, maka kita akan bisa menebak dan mengetahui arah pantulanya itu meski kadang tidak setepat (se-presisi) yang kita rencanakan. Masa depan juga begitu. Harus kita kawal agar sesuai dengan treknya sehingga sampai kepada apa yang kita cita-citakan.
Mengetahui diri adalah kunci dari segalanya. Di dalam salah satu bab, Also menyajikan tendensi dan pertanyaan-pertanyaan yang mengusik ‘ketenangan’ diri seseorang. Ia merangsang seseorang untuk mengenali dirinya sendiri, dari mana ia berasal dan mau kemana.
Ada sebuah adagium yang menyatakan bahwa aku berpikir maka aku ada. Also menjadikan adagium tersebut sebagai tendensi untuk menjadi salah satu upaya untuk mengawal masa depan. Contohnya, saat kita memiliki pikiran, citra atau mencitrakan diri sebagai seorang politisi. Maka lingkungan di luar kita akan memperlakukan kita sebagai seorang politisi. Maka dari itu, penulis menyarankan kepada kita untuk memperkuat citra diri agar respon lingkungan kita juga kuat.
Masih banyak yang dibahas di dalam buku ini, mulai dari bagaimana mengetahui kelemahan dan kekuatan diri, bagaimana kita harus bangga kepada khazanah diri, kekuatan doa, keyakinan sebagai sumber energi, mukjizat jiwa, dan lain-lainnya.
Pada dasarnya, buku ini ditulis dengan berlandaskan kepada ajaran-ajaran Islam. Namun demikian, buku ini tidak hanya ditujukan untuk mereka yang beragama Islam saja tetapi juga siapa saja karena prinsip yang disajikan di dalam buku ini tidak akan bertentangan dengan agama-agama lainnya.
Judul yang dipakai pun menarik, Teknologi Ruh. Teknologi merupakan teknik yang diciptakan untuk mempermudah untuk melakukan atau mengendalikan sesuatu. Sementara ruh yang dimaksud di sini bukankan ruh dengan makna ontologisnya, tetapi lebih kepada sistem kerja perasaan dan pikiran. Buku ini diharapkan menjadi teknologi yang mempermudah dan mengendalikan ‘ruh’ kita.
Singkatnya, buku setebal 312 halaman ini merupakan buku yang mengupas tentang inti dan rahasia kehidupan. Sangat menarik dan mudah dicerna karena penulis memberikan perumpamaan (tamsil) atau cerita di sela-sela menjelaskan tema utama yang diangkat. Oleh karena itu, buku ini sangat cocok bagi siapa saja yang ingin mengawal masa depannya. Bahasa yang digunakan pun begitu ringan, renyah, dan tidak garing. Selamat membaca.
Identitas Buku:
Judul : Teknologi Ruh; Pendamping Teknis Untuk Mengawal Masa Depan
Penulis : Ali Sobirin El-Muannatsy
Tebal : 312
Cetakan : Pertama, Maret 2017
Penerbit : ISTIQLAL INDONESIA
ISBN : 978-979-17416-2-0
Peresensi : Muchlishon Rochmat