Pustaka

NU di Mata Kiai Hasjim Latief, Santri Hadratussyekh Hasyim Asy’ari

Sabtu, 30 Maret 2019 | 15:00 WIB

Generasi NU punya hak untuk mengetahui kiprah dinamika perjuangan NU dan para tokohnya. Dengan demikian adalah dipandang perlu untuk mencetak ulang buku-buku yang ditulis oleh para penggerak NU di masa-masa lampau.

Buku Nahdlatul Ulama Penegak Panji Ahlussunnah wal Jamaah ini diterbitkan oleh PWNU Jawa Timur pada 1979. Ditulis oleh KH M Hasjim Latief, murid Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asyari yang tekun mendokumentasikan perjalanan NU, bahkan detail bagaimana misalnya tukang masak di forum muktamar hingga perjalanan muktamar yang semula lesehan hingga memakai kursi, dan kisah unik lainnya (hal. 45-46).

Kiai Hasjim Latief yang oleh KH MA Sahal Mahfudh disebut sebagai murabbi (sang pendidik) ini menjadi Ketua LP Ma’arif Jawa Timur pada (1979-1982), dan Ketua PWNU Jawa Timur pada 1982-1987. Ketika Gus Dur menjadi Ketua Umum PBNU pada Muktamar NU ke-27 di Situbondo (1984), Kiai Hasjim Latief menjadi salah satu ketua PBNU dan Koordinator bagian LP Ma’arif seluruh Indonesia. Dan pada Muktamar NU ke-28 di Krapyak (1989) Kiai Hasjim Latief sebagai salah seorang Rais Syuriyah hingga tahun 1994.

Oleh KH Hasjim Latief buku ini  disebut sebagai bahan kursus kepemimpinan NU, dan dengan demikian buku ini adalah semacam buku panduan memahami NU sebagai penegak panji Ahlussunnah wal Jamaah. Dalam konteks saat ini, hemat kami, buku ini adalah salah satu buku referensi  penting bagi kader Nahdlatul Ulama yang akan mengikuti PKPNU (Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama), dan MKNU (Madrasah Kader Nahdlatul Ulama).

Dalam buku ini pembaca akan mendapatkan suguhan bahasan tentang pemaknaan Aswaja yang dihubungkan dengan NU, peristiwa yang mendorong berdirinya NU dan perkembangannya, asas tujuan dan program utama NU, episode NU sebagai partai politik dan masa lepas dari partai politik. 

Dalam dinamikanya NU pernah mengalami masa Nasakom. Semboyan dan ide Nasakom adalah lingkaran yang menjerat. Karena menurut para ulama hal ini bisa membahayakan, maka NU bertawakal dan perlu mengimbangi dengan prinsip,"Lebih baik berjotosan di dalam daripada hanya berteriak jadi penonton di luar." Jalan yg ditempuh NU ini ternyata benar, demikian disimpulkan kiai yang wafat pada 19 April 2005 dalam usia 77 tahun ini.  

Dan di antara keistimewaan buku ini adalah dijelaskannya secara jelas metode berpikir NU. Kiai Hasjim Latief setidaknya menyebut tiga kaidah berpikir, yaitu tawasuth (moderat), tasamuh (toleran), dan dinamis selektif yang diserap dari kaidah khas ulama Nusantara, “Al-muhafadhatu ala-l-qadim as-ahalih wa-l-akhdzu bil-jadidi-l-ashlah” (melestarikan tradisi yang baik dan mengadopsi hal baru yang lebih baik).

Buku ini memuat dokumen-dokumen penting NU, yaitu Anggaran Dasar NU yang pertama, susunan PBNU pertama, Muqadimah Qanun Asasy, Surat Delegasi NU kepada Raja Saudi, Surat balasan Raja Saudi, Nasihat KH Hasyim Asyari, dan Khutbah Iftitah Rais Akbar KH Hasyim Asyari dalam Muktamar terakhir yang diikuti beliau.

Untuk semakin memantapkan, dalam buku ini juga ditambahi beberapa dokumen penting lainnya yaitu Resolusi Jihad, Piagam Liga Muslimin Indonesia, Resolusi Mengutuk Gestapu, Maklumat Perdamaian, Khittah NU, Fikrah Nahdliyyah, Pedoman Berpolitik Warga NU, dan Mars Nahdlatul Wathan. 

Akhirnya, buku ini tidak hanya penting dibaca para warga dan pemimpin NU, namun juga kalangan luas yang ingin mengetahui semangat dan sejarah Nahdlatul Ulama yang senantiasa mengajak pada persatuan sesama muslim, dan sesama warga negara Republik Indonesia.


Peresensi adalah Yusuf Suharto, anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur


Identitas Buku

Judul Buku     : NU Penegak Panji Ahlussunah wal Jama'ah
Penulis           : KH M. Hasjim Latief
Pengantar      : KH Marzuqi Mustamar (Ketua PWNU Jatim)
Penerbit         : PW LTN-NU Jatim dan Muara Progresif
Cetakan         : 1, Februari 2019
Halaman        : xiv+138 (152 halaman)
ISBN              : 978-602-50207-9-7