Kehidupan masa kini menawarkan berbagai macam kenikmatan yang bisa diteguk oleh siapa saja. Perzinaan menjadi sesuatu yang dianggap normal. Narkoba, minuman keras, perjudian, dan hal-hal lain yang dianggap melanggar norma dan hukum, bisa diakses dengan gampang. Dunia adalah kebebasan. Siapa pun yang memiliki uang atau akses, berhak menikmatinya. Jalan hidup inilah yang diyakini dan dipraktikkan oleh sebagian dari para pesohor yang memuja kebebasan dan hedonisme.
Di antara para pesohor ada yang tertangkap menggunakan narkoba, ada yang video pornonya beredar di masyarakat. Tak sedikit pula yang bergonta-ganti pasangan. Berpakaian seksi yang memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh dan bagian tubuh yang terbuka dianggap sebagai hal yang lumrah untuk menarik perhatian publik. Semuanya atas nama hak untuk melakukan apa saja karena manusia memiliki otoritas penuh atas tubuh dan pikirannya.
Bagi pemuja ideologi kebebasan, ajaran agama dianggap menjadi penghambat kemajuan. Agama menurut mereka adalah nilai-nilai kuno yang sudah tidak relevan dengan kondisi kekinian. Penganut agama yang taat dipandang sebagai orang-orang kolot. Para pemuja nilai hidup bebas menjadi pelaku dan penyebar kesenangan sesaat.
Mereka beralasan, hidup tidak boleh dikekang karena membutuhkan kreativitas untuk menghasilkan kreasi baru. Apakah sesungguhnya memang demikian? Apakah kreativitas selalu dimaknai hidup sesukanya, tanpa aturan yang dirasa menghambat seseorang menikmati hidup? Ada beragam jawaban yang bisa disuguhkan. Faktanya banyak pesohor dengan perilaku hidup normal mampu menghasilkan karya yang berkualitas dan disukai oleh publik.
Berkembangnya individualisme menyebabkan nilai-nilai kebebasan berperilaku berkembang massif. Tak ada lagi kontrol dari masyarakat karena selama dianggap tidak menganggu orang lain, hal tersebut boleh saja dilakukan. Di lingkungan perkotaan, hal tersebut tumbuh subur di mana hubungan masyarakat lebih renggang dibandingkan di pedesaan. Ada pihak yang menginginkan layanan dan ada yang siap menyediakannya. Sebagian pesohor menjadi model dalam pengembangan gaya hidup ini.
Di tengah lingkungan yang selalu mengagungkan sikap hidup hedonis ini, beruntung selalu ada para dai yang berusaha berdakwah untuk mereka. Dan sebagian di antara pelakunya berhasil disadarkan. Orang-orang yang tersadar bahwa kehidupannya penuh kubangan dosa dan kemudian ingin kembali ke jalan yang benar menggunakan istilah hijrah untuk perpindahan ini. Mereka bertobat dan berusaha menjalani kehidupan sesuai ajaran agama. Sebagian yang berhijrah adalah para pesohor.
Pesohor merupakan orang-orang yang memiliki pengaruh terhadap publik. Mereka memiliki jutaan penggemar yang mengawasi seluruh perilakunya. Bukan hanya perilakunya di depan publik, hal-hal yang bersifat pribadi pun menimbulkan ketertarikan. Media pun mengorek-korek apa saja yang kiranya bisa menjadi berita dan disukai penggemarnya. Jika ada perubahan dalam hidupnya, hal tersebut segera saja menarik perhatian. Ada pula sebagian yang mengikuti langkah yang dilakukan, atau minimal mendukungnya.
Pada masyarakat umum, jumlah mereka yang bertobat atau berusaha menjadi Muslim yang lebih baik lebih banyak lagi, tapi memang mereka tidak banyak disorot. Orang-orang di lingkungan sekitar kita yang sebelumnya cuek soal agama, kini lebih rajin mengaji agama. Status media sosialnya penuh dengan ungkapan religius. Pada perempuan, mereka berusaha memperbaiki penampilannya dengan berjilbab. Jutaan orang pergi berumrah.
Upaya untuk kembali ke jalan yang benar tentu harus kita syukuri bersama saudara-saudara Muslim yang kembali menemukan makna hidupnya dalam jalan agama layak untuk ditemani dalam proses mereka memperbaiki hidup. Ada orang-orang yang telah belajar agama ketika kecil di pesantren atau tempat lain sebelum mereka masuk ke dunia tersebut sehingga ketika jatuh dalam kehidupan kelam, mereka tahu jalan untuk kembali. Yang terjadi pada banyak orang, bekal pengetahuan agama yang dimiliki sangat kurang. Bahkan untuk hal-hal yang sangat sederhana seperti cara berwudhu yang baik dan bacaan shalat yang benar saja tidak bisa.
Tanpa pendampingan, bisa saja mereka kembali kepada perilaku sebelumnya karena proses tersebut sangat berat. Semangat saja tidak cukup mengingat iman bisa naik atau turun. Dibutuhkan energi besar, ketangguhan, dan konsistensi yang luar biasa untuk bisa bertahan. Hidup yang biasanya penuh dengan kebebasan, kini dibatasi oleh banyak hal. Biasanya bebas tidur kapan saja, kini harus menjalankan shalat sebanyak lima kali dalam sehari. Sebelumnya boleh makan apa saja, kini hanya makanan halal saja yang boleh masuk dalam perut. Jika mental tidak kuat, bisa saja runtuh menghadapi kebiasaan-kebiasaan baru ini.
Beratnya proses berhijrah ini bisa dilihat dari seorang pesohor yang mengubah perilaku dan penampilannya. Sayangnya, tak lama kemudian, ia kembali berjoget-joget. Konon hal tersebut dilakukan karena kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Ini menunjukan bahwa untuk bisa tetap istiqamah memang membutuhkan perjuangan.
Hal lain yang tak kalah penting adalah, kepada siapa mereka berhijrah ini belajar agama. Ada beberapa kelompok dalam Islam. Bahkan masing-masing kelompok memiliki subkelompok atau organisasi sendiri-sendiri. Ada pengikut Ahlusunnah wal Jama’ah, ada Salafi, Wahabi, Tarbiyah, dan lainnya. Secara organisasi bisa berafiliasi dengan NU, Muhammadiyah, Jamaah Tabligh, Persis, dan lainnya. Tiap aliran memiliki perbedaan dalam sejumlah pandangan keagamaan atau sikap politik.
Memberi pemahaman bahwa dalam Islam terdapat banyak pendapat terkait satu persoalan atau masalah khilafiyah juga sangat penting. Jangan sampai, orang-orang yang baru berhijrah ini memiliki pandangan sempit bahwa ajaran dari gurunya saja yang benar. Pandangan Islam yang lainnya penuh dengan bid’ah, sesat atau bahkan kafir. Hal ini akan menjadi persoalan baru dalam interaksi antarsesama umat Islam. Kasus ini pernah menimpa seorang pesohor yang mengaku sudah bertobat. Penampilannya berubah total. Jenggot tebal dan panjang menghiasi wajahnya. Ia berpendapat di depan media bahwa bacaan Alfatihah yang dikirimkan kepada orang yang sudah meninggal tidak akan sampai. Pernyataan kontroversial tersebut akhirnya memicu perdebatan publik sehingga dia harus minta maaf.
Ada yang kehilangan pekerjaan karena berhijrah, tetapi ada pula yang mendapatkan pekerjaan baru untuk produk-produk yang mengambil segmen Muslim. Beberapa pesohor perempuan yang sebelumnya tampil menantang kemudian bertobat, mengubah penampilannya dengan menutup aurat. Lalu, ia menjadi bintang iklan untuk produk-produk kosmetik perempuan. Sebagian keluar sepenuhnya dari dunia yang membesarkannya dengan membangun usaha baru, sementara yang lain tetap menggelutinya dengan sejumlah pembatasan.
Sebagain dari mereka istiqamah dalam berhijrah dan mendalami Islam sehingga pengetahuannya terus meningkat, lalu menjadi dai dengan memanfaatkan posisinya yang sudah dikenal publik. Mengisahkan perjalanan hidupnya kepada orang banyak dan mengajak orang lain untuk bergabung dalam barisan yang menuju kebaikan. Hijrahnya mendorong sebagian pengikutnya untuk mengambil tindakan yang sama. Banyak pula yang kemudian hidup sebagai orang normal yang tidak lagi disorot oleh publik.
Kini, tantangannya adalah bagaimana mewarnai lingkungan para pesohor beraktivitas dengan hal-hal yang lebih religius, yang sesuai dengan nilai-nilai agama. Mereka dapat menjadi pelaku dakwah yang membantu membantu menyadarkan orang-orang untuk kembali ke jalan yang benar. Dengan status sebagai pesohor, dakwah yang mereka lakukan dapat berjalan dengan lebih maksimal. (Achmad Mukafi Niam)