Para elit pimpinan organisasi mendapatkan manfaat besar dari organisasi, misalanya menjadi pimpinan politik, menjadi pimpinan berbagai komisi, menjadi bupati, gubernur hingga presiden. Tetapi sering kali tanggung jawab sosial untuk mengangkat martabat warga diabaikan. Dengan cara itu, NU telah menjadi lembaga formal yang terpisah dengan warga, karena pimpinan NU lebih banyak melayani elite politik, pengusaha dan sebagainya, sehingga mengabaikan kepedulian terhadap umat yang tidak memiliki kekuasaan dan kekayaan.<>
Selain terjadi birokratisasi organisasi juga terjadi elitisasi pemimpin. Ini tentu bukan suasana yang sehat dan pas untuk NU. Sejak awal, NU didirikan untuk kepentingan umat. Dalam setiap Muktamar KH Hasyim Asy’ari mengundang seluruh warga NU dan umat Islam untuk datang ke arena Muktamar, dengan harapan bisa bertemu dengan para ulama dan mendengarkan berbagai mau’idlohnya. Bahkan pada tahun 1939, Kiai Abdullah Shiddiq menegaskan bahwa NU harus tetap menjadi organisasi rakyat yang sejati yang bisa hidup bersama rakyat kecil, makan, minum dan tidur bersama rakyat dalam muktamar. Dengan demikian, NU baru bisa memahami persoalan mereka sehingga NU juga bisa membantu menyelesaikan persoalan mereka.
Selama di NU, para ulama dan pimpinan NU terbiasa dengan hidup sederhana sehingga ketika Muktamar diselenggarakan di pesantren, maka Muktamar itu bisa diselenggarakan dengan penuh kesederhanaan bisa diterima dengan nyaman. Kebiasaan seminar dan hidup di hotel yang serba ada sering menggerus nilai kesahajaan yang selama ini dimiliki, sehingga fasilitas kurang sedikit saja sudah kurang nyaman, susah sedikit sudah mengeluh. Sementara di luar sana umat hidup di bawah layak, tidur di rumah reyot, makan tidak terjamin, pakaian compang camping.
Kebiasaan memahami penderitaan umat ini yang perlu ditumbuhkan kembali agar keluh kesah tidak lagi terdengar dalam setiap kegiatan NU, karena ber NU berarti berjuang, sementara perjuangan pasti banyak kesengsaraan.
Forum Muktamar NU ini memang penting untuk mengembalikan kembali fitrah Nahdliyah (jatidiri NU). Fitrah organisasi ini memang perlu ditumbuhkan lagi, justru mulai dari hal-hal yang sangat kecil. Gelimbang modernisme telah menyapu kultur para ulama ini, sehingga kabur dibuatnya, apalagi setelah itu dihempas lagi dengan liberalisme dengan semangat individualisme dan egoisme yang tinggi. Maka, kalau dulu kepentingan warga masyarakat yang diutamakan, maka sekarang kepentingan pribadi yang diutamakan atas nama hak. Sementara NU lebih mengutamakan pada kewajiban dan tanggung jawab sosial. Bagaimana mengembalikan jati diri NU ini merupakan langkah penting untuk membangkitkan kembali organisasi para ulama dan kaum santri ini.
Kembali ke fitrah berarti kembali menemukan identitas pribadi organisasi, ketika identitas dan karakter telah ditemukan dan dibangun kembali secara kolektif, maka NU akan kembali menjadi organisasi yang makin berperan di masyarakat, karena para pimpinan dan warganya memiliki sikap pengabdian yang besar, yang lebih mengutamakan kepentingan umat ketimbang kepentinbgan pribadi, karena memang organisasi ulama ini didirikan untuk melayani umat, sehingga tugas keumatan termasuk kebangsaan menjadi langlah utama, dan ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang memang memiliki sikap pengabdian.
Sikap ini bisa tumbuh kalau ada sikap asketisme, sikap zuhud, sehingga setiap pemimpin tahu kepantasan kapan harus memenuhi kebutuhan pribadi dan kapan harus mentasarufkan pikiran, tenaga dan harta untuk organisasi dan bila diserahi amanah baik kekuasan, kekayaan bisa dijalankan secara jujur. Jangan sampai organisasi hanya digunakan sebagai batu loncatan, sehingga mereka hanya beraktivitas hanya lima tahunan, sementara pada hari biasa mandek, padahal ribuan agenda yang bisa dijalankan. Tidak adanya niat untuk mengabdi dan memperbaiki NU, maka mereka bisa bertopang dagu, sementara yang lain telah bekerja keras menyelamatkan dan mengembangkan organisasi yang dirintas para ulama yang hendak mengabdi. (Abdul Mun’im DZ)
Terpopuler
1
Ketum PBNU dan Kepala BGN akan Tanda Tangani Nota Kesepahaman soal MBG pada 31 Januari 2025
2
Ansor University Jatim Gelar Bimbingan Beasiswa LPDP S2 dan S3, Ini Link Pendaftarannya
3
Rahasia Mendidik Anak Seperti yang Diajarkan Rasulullah
4
Pemerintah Keluarkan Surat Edaran Pembelajaran Siswa Selama Ramadhan 2025
5
5 Masalah Bakal Dibahas Komisi Maudhu'iyah di Munas NU 2025, Berikut Alasannya
6
Larangan Justifikasi Kebakaran California sebagai Azab
Terkini
Lihat Semua