Jakarta, NU Online
Pemilu kali ini penuh dengan ketegangan dan kejutan, bagaimana tidak tiga hari menjelang hari H, logistik belum terbagi secara merata, banyak pemilih yang tidak mendapatkan kartu suara, belum lagi keributan antara caleg. Sehingga orang menduga Pemilu akan gagal, minimal diundur, tetapi kenyataannya lain, pemilu terjadi sebagaimana mestinya walaupun dibeberapa daerah terpencil terdapat Pemilu susulan, ini masih dianggap wajar.
Tetapi justeru hasil perolehan suara yang mengejutkan, beberapa partai yang diduga kuat, tiba-tiba merosot. Sementara ada beberapa partai yang dipandang biasa-biasa saja tiba-tiba menyeruak menjadi partai besar, karena itu orang yang selama ini apriori, kemudian manjadi antusias mengikuti perkembangan perolehan suara dari detik-ke detik dengan penuh ketegangan.
<>Kejutan semacam itu diharapkan akan membawa perubahan radikal, sebab munculnya kekuatan politik baru akan memungkinkan terjadinya aliansi baru, sehingga akan terjadi regrouping kekuatan yang ada. Dengan demikian akan terjadi pergeseran kekuasaan. Karena itu orang sedang menunggu kejutan-kejutan baru, dengan harapan bisa membawa perubahan baru.
Munculnya kekuatan baru dalam kancah politik Indonesia memang sempat mengagetkan orang, dan darinya muncul harapan, sebab perubahan ke arah perbaiikan sudah lama dirindukan, tetapi tidak kunjung tiba. Munculnya tokoh maupun partai yang kelihatannya bersih jujur membuat masyarakat tertarik dan simpati. Ketertarikan itu bisa dimengerti sebab partai atau tokoh yang dimaksud menampilkan citra ideal seorang pemimpin yang selama ini didambakan masyarakat.
Tetapi masyarakat harap tetap ingat bahwa politik itu penuh tipu daya, pengelabuan dan sebagainya, karena itu masyarakat mesti menunggu dengan teliti, jangan sampai salah memilih, apalagi masih akan ada pemilihan lanjutan yaitu pemilihan presiden. Dalam kamus perpolitikan Indonesia tidak bisa menaruh kepercayaan begitu saja tanpa reserve, mesti harus ada reserve agar tidak terkecoh.
Satu hal yang mengharuskan masyarakat bersikap demikian, barangkali di Indonesia telah terjadi gerakan reformasi dan demokratisasi dan segala macam. Tetapi ada satu hal yang belum berubah, yaitu relasi kuasa, hubungan anatara state dan rakyat, belum bersifat demokratis, tetapi masih bersifat otoriter, sebaik apapun partai yang diletakkan di atas platform itu maka akan menjalankan represi dan manipulasi. Sebaik apapun tokoh atau aktor politik bila berkuasa di atas platform yang belum berubah, maka sulit mengalami perubahan sikap.
Maka jangan sampai dengan dikejutkan oleh perolehan suara partai dan masyarakat dikejutkan lagi karena tidak adanya perubahan yang bisa dilakukan oleh partai atau presiden pemenang.
Maka agenda terpenting saat ini adalah melakukan perubahan terhadap relasi kuasa yang ada, harus dibuat lebih egaliter, lebih transparan, agar semua perilaku kekuasaan bisa dikelola secara benar dan transparan dan bisa dokontrol oleh rakyat. (MDZ) ***
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Jagalah Shalat, Maka Allah Akan Menjagamu
2
Ini Amalan Jumat Terakhir Bulan Rajab, Bisa Jaga Keberkahan Rezeki Sepanjang Tahun
3
Khutbah Jumat: Mengenal Baitul Ma’mur dan Hikmah Terbesar Isra’ dan Mi’raj
4
Paduan Suara Yayasan Pendidikan Almaarif Singosari Malang Meriahkan Kongres Pendidikan NU 2025
5
7 Penerima Penghargaan Pesantren dalam Malam Anugerah Pendidikan NU
6
Kongres Pendidikan NU 2025 Akan Dihadiri 5 Menteri, Ada Anugerah Pendidikan NU
Terkini
Lihat Semua