Jakarta. NU.Online
Agresi tentara sekutu ke Irak telah membuat prihatin masyarakat dunia yang menghormati kemanusiaan dan peradaban. Apalagi setelah beberapa hari berkecamuk pertempuran belum usai, sebaliknya korban masyarakat sipil berjatuhan, tidak hanya itu pusat-pusat sejarah dunia juga dihancurkan. Perang yang berdalih pembebasan itu terbukti telah mengarah pada penjajahan, hal itu terbukti secara nyta ketika tentara sekutu menduduki beberapa wilayah Irak segera menurunkan bendera negeri itu dan segera mengerek bendera Amerika, ini sudah merupakan perang pendudukan. Karena itu sudah layak kalau seluruh dunia protes dengan tindakan itu.
<>Berbagai motif pasukan sekutu pimpinan Amerika untuk menggempur Irak, tetapi dunia tidak percaya dengan motif itu. Kenapa Amerika tidak mengintervensi Cina yang punya senjata nuklir dan senjata mutakhir lainnya, bahkan berani menganeksasi Tibet, serta pemerintahannya tidak kalah otoriter. Banyak negara lain yang punya senjata berbahaya dan sekaligus otoriter, tetapi Amerika dengan hangat bersahabat dengannya.
Sebenarnya lebih pada motif ekonomi di mana Irak merupakan sumber minyak besar dunia, yang sangat dibutukan Amerika. Bahkan opini yang berkembang luas, ternyata agresi itu disebabkan oleh sikap Irak yang mengkonversi alat tukar perdagangannya dari dollar AS menjadi mata uang Euro, hal itu membuat Amerika kehilangan kejayaan mata uangnya. Kedua alasan itu membuat negara yang mengklaim sebagai kampium demokrasi itu melakukan pembasmian warga Irak yang dengan bangga melaporkan korban yang dibunuh dari hari kehari semakin bertambah.
Sebagaimana yang tercermin dalam berbagai sikap dan pernyataan, NU menolak segala bentuk agresi, karena itu melanggar konstitusi kita yang dengan tegas menolak penjajahan di muka bumi, dan sekaligus melanggar hukum internasional. Apalagi keberhasilan Amerika menginvasi Irak ada kecenderungan akan dilanjutkan ke negara lain seperti Iran, Libya atau Kuba yang selama ini masih mengalami ketegangan. Dan Tidak menutup kemungkinan Amerika dengan sekutunya bisa menginvasi negara kita, dengan berbagai dalih yang mudah dicari.
Sejarah menunjukkan bahwa Amerika pernah dengan gigih melakukan invasi ke Indonesia dengan segenap harta dan tentara, selama tahun 1952 hingga 1965, sebagai upaya mendongkel presiden Soekarno yang independen, tetapi dituduh sebagai PKI. Lebih celaka lagi kalau pola-pola invasi itu ditiru oleh negara lain, maka dunia akan kembali mundur ke abad ke 17 yang diwarnai dengan penaklukan dan bagi-membagi daerah jajahan. Tentu ini perkembangan yang sangat memprihatinkan NU dan warga dunia umumnya, di mana jagat kembali ke masa lalu yang penuh peperangan.
Bagi NU yang gigih memperjuangkan prinsip demokrasi, toleransi, sikap multikultural, anti diskriminasi dan sebagainya di tengah umat Islam Indonesia yang sedang dilanda gelombang fundamentalisme Islam. Maka sikap Amerika yang ovensif itu menyulitkan NU dalam menjalankan agendanya. Karena kaum Islam garis keras yang selama ini menegakkan prinsip anti Barat, anti non Muslim terutama Yahudi, menemukan pembenaran, bahkan mereka sekarang berani meledek pada kalangan NU yang dianggap sok toleran dengan mengatakan gue kate juge ape, Amerika antek Yahudi anti Islam dan sebagainya. Sikap itu membuat NU kehilangan argumen, ketika realitas empirik sedang menunjukkan kecenderungan lain, maka sikap intoleransi akan semakin mengental, Islam garis keras akan semakin mengeras, karena bereaksi atas sikap Amerika yang keras.
Kalau perang tidak segera diakhiri maka fragmentasi umat Islam Indonesia juga akan semakin mengeras, dan tampaknya juga akan melanda ke seluruh dunia Islam. Mereka dipaksa harus merumuskan ulang sikap dan pemikiran mereka dalam bidang social dan politik, juga hubungan mereka dengan bangsa lain dan agama lain, sebab system relasi yang dibangun selama ini menjadi berantakan dan kehilangan orientasi, karena itu perlu ada reorientasi sikap dan pemikiran.
Mensikapi perkembangan ini dengan kritis dan penuh kehati-hatian, karena itu lebih banyak melakukan doa dalam bentuk Istighosah. Memang ada elemen muda yang tidak sabar, yang ingin diterjunkan ke Irak. Tetapi keinginan itu ditolak, karena akan menambah keruh, akhirnya Banser cukup mengadakan protes ke konsulat AS di Surabaya, tidak dengan kekerasan apalagi senjata, tetapi dengan doa, yang merupakan senjata bagi orang Islam. Mencegah perang sebagai musabab akan lebih penting ketimbang membantu korban perang yang merupakan akibat. Tentu itu susah dilakukan, tetapi berbagai penyelesaian secara damai harus tetap diupayakan.(M-DZ)
Terpopuler
1
Ini Amalan Jumat Terakhir Bulan Rajab, Bisa Jaga Keberkahan Rezeki Sepanjang Tahun
2
Khutbah Jumat: Jagalah Shalat, Maka Allah Akan Menjagamu
3
Khutbah Jumat: Mengenal Baitul Ma’mur dan Hikmah Terbesar Isra’ dan Mi’raj
4
7 Penerima Penghargaan Pesantren dalam Malam Anugerah Pendidikan NU
5
Khutbah Jumat: 4 Hikmah Pemilihan Baitul Maqdis sebagai Tempat Isra Nabi Muhammad SAW
6
Paduan Suara Yayasan Pendidikan Almaarif Singosari Malang Meriahkan Kongres Pendidikan NU 2025
Terkini
Lihat Semua